Tesla dan BMW Gabung dengan Merek China Gugat Uni Eropa soal Tarif Mobil Listrik

Namun, dua produsen asal Amerika Serikat dan Jerman, yaitu Tesla dan BMW bergabung dengan merek Tiongkok, untuk mengajukan gugatan ke pengadilan

oleh Arief Aszhari diperbarui 30 Jan 2025, 20:15 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 20:15 WIB
Mobil Tesla made-in-China akan diekspor ke Eropa
Foto yang diabadikan pada 26 Oktober 2020 ini menunjukkan kendaraan Tesla Model 3 yang diproduksi di China (made in China) di gigafactory Tesla yang terletak di Shanghai, China timur. (Xinhua/Ding Ting)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Produsen mobil menolak penerapan tarif yang diberlakukan Uni Eropa (UE) terhadap kendaraan listrik buatan China, yang akan berlaku pada akhir Oktober 2025. Tidak mengherankan, jika tindakan terhadap masalah ini, datang dari perusahaan China, seperti BYD, Geely, dan SAIC.

Namun, dua produsen asal Amerika Serikat dan Jerman, yaitu Tesla dan BMW bergabung dengan merek Tiongkok, untuk mengajukan gugatan ke pengadilan, seperti dilaporkan AFP, Kamis (30/1/2025).

Keluhan dari kelima produsen tersebut diajukan ke pengadilan umum, majelis rendah Justice of the European Union (CJEU).

Dalam sebuah pernyataan, BMW, yang secara tegas menentang tarif tersebut dan mengatakan bea masuk tidak memperkuat daya saing produsen Eropa. Dengan begitu, jenama asal Jerman ini telah mengajukan gugatan hukum yang meminta pembatalan peraturan untuk melindungi kepentingannya.

“Bea masuk penyeimbang merugikan model bisnis perusahaan yang aktif secara global, membatasi pasokan mobil listrik ke pelanggan Eropa dan bahkan dapat memperlambat dekarbonisasi di sektor transportasi," tulis BMW.

Tarif yang berlaku hingga 45,4 persen berbeda-beda, tergantung dengan produsen mobilnya. Untuk BYD, tarifnya adalah 17 persen, dan untuk Geely adalah 18,8 persen dan 35,3 persen untuk SAIC yang merupakan perusahaan milik negara. Jika diperhitungkan, bea masuk impor kendaraan standar UE sebesar 10 persen mendorongnya menjadi 27pro 28,8 persen, dan 45,3 persen masing-masing untuk ketiga produsen mobil tersebut.

Perusahaan lain yang memproduksi kendaraan listrik di Tiongkok, termasuk BMW, dikenakan bea masuk sebesar 20,7 persen sedangkan tarif untuk Tesla adalah 7,8 persen di atas tarif dasar 10 persen.

Tesla Tarik 1,2 Juta Mobil Listrik di China, Ini Biang Keladinya

Pada 2024, Tesla menjadi produsen yang paling banyak melakukan penarikan kembali untuk diperbaiki alias recall di Amerika Serikat. Bahkan, kondisi tersebut belum juga membaik memasuki 2025, karena pabrikan milik Elon Musk ini, harus kembali melakukan perbaikan untuk 1,2 juta kendaraannya di China.

Disitat dari Carscoops, penarikan paling signifikan berdampak kepada 871.087 unit Model 3 dan Model Y yang dibuat dan dijual di Tiongkok.

Kendaraan listrik yang terdampak ini, dirakit dalam periode 3 Januari 2022 hingga 23 September 2023, dan dilengkapi dengan sistem kemudi daya elektronik yang kemungkinan tidak berfungsi dengan baik.

Sebuah pernyataan dari Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar (SAMR) Tiongkok menjelaskan, penarikan ini disebabkan karena adanya kegagalan fungsi kemudi daya elektronik tersebut.

Kabar baiknya, recall ini sendiri, dapat diselesaikan dengan pembaruan perangkat lunak yang sederhana.

Penarikan kedua melibatkan 335.716 unit kendaraan, dan terkait dengan kerusakan di kamera belakang. Masalah yang sama yang baru-baru ini memicu penarikan kembali hampir 240 ribu unit Tesla di Amerika Serikat.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya