Anjlok 40%, Elon Musk Bujuk Karyawan Tesla Pertahankan Harga Saham

Pelemahan harga saham terjadi di tengah protes dan kampanye terhadap Tesla, Elon Musk, dan jabatannya di Gedung Putih.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 23 Mar 2025, 11:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2025, 11:00 WIB
Mobil Tesla made-in-China akan diekspor ke Eropa
Foto yang diabadikan pada 26 Oktober 2020 ini menunjukkan kendaraan Tesla Model 3 yang diproduksi di China (made in China) di gigafactory Tesla yang terletak di Shanghai, China timur. (Xinhua/Ding Ting)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Selama dua bulan Elon Musk berada di Washington, D.C., saham Tesla mengalami penurunan tajam, kehilangan lebih dari 40% nilainya.

Pelemahan saham Tesla terjadi di tengah protes dan kampanye terhadap Tesla, Elon Musk, dan jabatannya di Gedung Putih telah beredar luas di seluruh dunia. Namun pada Jumat (21/3), saham Tesla ditutup lebih dari 5% lebih tinggi di USD 248,71.

Melansir CNBC International, Sabtu (22/3/2025) pada rapat umum dengan karyawan Tesla, Elon Musk dikabarkan berusaha meyakinkan para karyawannya untuk mempertahankan saham mereka, meski produsen mobil listrik itu tengah dibayangi pelemahan. 

Musk menyampaikan bahwa kinerja perusahaan berada di situasi aman, dan para karyawannya didukung untuk mempertahankan saham mereka.

"Sangat sulit bagi orang-orang di pasar saham, terutama mereka yang hanya melihat ke kaca spion — yang merupakan sebagian besar orang untuk membayangkan masa depan di mana tiba-tiba armada 10 juta kendaraan memiliki kegunaan lima hingga sepuluh kali lipat," kata Musk, menggembar-gemborkan visinya untuk kendaraan otonom yang telah lama dijanjikannya.

Dalam beberapa bulan terakhir, penjualan kendaraan baru Tesla telah menurun di Eropa dan di beberapa wilayah AS serta Tiongkok.

Perusahaan menghadapi ketidakpastian perdagangan setelah beberapa perintah eksekutif dari Presiden Trump memberlakukan tarif baru pada barang dan bahan dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, rumah bagi pemasok penting Tesla.

Situs belanja mobil nasional Edmunds mengungkapkan pekan lalu bahwa pemilik Tesla telah memperdagangkan kendaraan listrik mereka dengan penurunan pada tingkat rekor.

"Jika Anda membaca berita, rasanya seperti, Anda tahu, kiamat," kata Musk.

“Rasanya, saya tidak bisa berjalan melewati TV tanpa melihat Tesla terbakar. Seperti apa yang terjadi? Sebagian orang, seperti, dengarkan, saya mengerti jika Anda tidak ingin membeli produk kami, tetapi Anda tidak harus membakarnya. Itu agak tidak masuk akal," ucapnya.

Promosi 1

Saham Tesla Naik Setelah Alami Penurunan Terbesar Sejak 5 Tahun Terakhir, Ada Apa?

Showroom Tesla di New York, Amerika Serikat. Liputan6.com/Iskandar
Showroom Tesla di New York, Amerika Serikat. Liputan6.com/Iskandar... Selengkapnya

Saham Tesla (TSLA) kembali naik pada Selasa setelah mengalami hari terburuk dalam lima tahun terakhir. CEO Tesla Elon Musk mengatakan perusahaan akan meningkatkan produksi kendaraan di Amerika Serikat hingga dua kali lipat.

"Dengan kebijakan luar biasa dari Presiden Trump dan pemerintahannya, serta sebagai bentuk kepercayaan terhadap Amerika, Tesla akan menggandakan produksi kendaraan di AS dalam dua tahun ke depan," kata Musk dalam sebuah acara di Gedung Putih.

Dalam acara tersebut, Presiden Trump mengumumkan dirinya akan membeli mobil listrik Tesla. Menyusul pernyataan tersebut, saham Tesla mencapai level tertinggi dalam sesi perdagangan dan ditutup naik 3,8%.

Melansir Yahoo Finance, Trump menyebut Tesla sebagai perusahaan hebat dan berharap pembelian mobil listriknya dapat membantu meningkatkan penjualan Tesla.

Gedung Putih menambahkan kebijakan tarif yang diterapkan Trump bertujuan untuk mendorong manufaktur dalam negeri. Awal bulan ini, Honda juga dikabarkan berencana memproduksi generasi terbaru Civic di AS sebagai respons terhadap kebijakan tarif tersebut.

Salah satu faktor lain yang turut mendorong kenaikan saham Tesla adalah pernyataan seorang analis ternama di Wall Street, yang menyarankan agar investor membeli saham Tesla.

"Sejak puncaknya pada 17 Desember, saham Tesla telah turun 50% (dan turun 45% sejak awal tahun) akibat data penjualan yang buruk, sentimen negatif terhadap merek, dan tekanan di pasar. Kami melihat penurunan ini sebagai peluang untuk membeli saham Tesla, terutama sebagai perusahaan yang memimpin dalam pengembangan AI," kata analis dari Morgan Stanley, Adam Jonas.

Sentimen Terhadap Tesla

FOTO: Melihat Gigafactory Tesla di Shanghai
Para karyawan bekerja di Gigafactory Tesla, Shanghai, China, 20 November 2020. Perusahaan mobil listrik Amerika Serikat (AS), Tesla, pada 2019 lalu membangun Gigafactory pertamanya di luar AS di kawasan baru Lingang. (Xinhua/Ding Ting)... Selengkapnya

Jonas menambahkan, sentimen terhadap Tesla sering kali bergerak seiring dengan harga sahamnya. Jika saham naik, perhatian publik tertuju pada inovasi AI dan teknologi otonom Tesla. Sebaliknya, jika saham turun, yang menjadi sorotan adalah penurunan penjualan, citra merek yang memburuk, serta kontroversi seputar Elon Musk. Jonas memperkirakan tahun depan akan penuh gejolak bagi Tesla.

Morgan Stanley memprediksi, harga saham Tesla bisa turun ke level terendah USD 200 dalam skenario terburuk, namun juga bisa melonjak hingga USD 800 dalam skenario terbaik.

Faktor-faktor yang bisa mendorong kenaikan Tesla, menurut Jonas, termasuk uji coba taksi otonom di Austin tahun ini, peraturan baru pemerintah terkait kendaraan otonom, pembaruan terkait robot Optimus, serta pencapaian teknologi otomotif lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya