Liputan6.com, Jakarta Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil temuannya terkait Pilkada DKI 2017. Survei ini dilakukan dalam rentang waktu dari 3-11 Desember 2016.
Direktur Eksekutif LSI Kuskridho Ambardi mengatakan, 100 persen responden mengaku mengenal calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Kendati, 54 persen dari jumlah tersebut menyatakan ketidaksukaannya terhadap Ahok.
Berbeda dengan dua kandidat lainnya Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan. Meski tak setenar Ahok, keduanya lebih disukai ketimbang mantan Bupati Belitung Timur itu.
Advertisement
"Dari tiga kandidat itu, Agus dan Anies lebih disukai oleh publik, ibaratnya 7 dari 10 responden. Sementara Ahok ini yang suka hanya 5 dari 10," ucap Kuskridho di bilangan Senayan, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Kendati, Ahok tetap akan memenangi Pilkada DKI jika pesta demokrasi itu dilakukan saat ini.
Dengan pertanyaan tanpa menyertakan pilihan nama calon Gubernur DKI, maka Ahok memperoleh 25,5 persen suara, Agus mendapatkan 20,2 persen, dan Anies dipilih oleh 16,1 persen responden. Sementara responden yang tidak menjawab cukup tinggi, yakni 36,8 persen.
Sementara, jika simulasi dilakukan dengan disertakan tiga nama kandidat yang telah terdaftar di KPUD DKI, hasilnya Ahok masih unggul di angka 32,8 persen, disusul Agus Yudhoyono 25,1 persen dan Anies Baswedan 23,2 persen. Responden yang tidak menjawab sebesar 18,8 persen.
Kemudian, jika nama-nama calon gubernur disandingkan dengan pasangan masing-masing, hasilnya Ahok-Djarot memperoleh suara 31,8 persen, Agus-Sylvi 26,5 pesen, disusul Anies-Sandi 23,9 persen. Responden yang enggan menjawab sebanyak 17,8 persen.
Kendati unggul, faktor ramah dan santun cukup mempengaruhi posisi Ahok. Jika dibandingkan dengan dua kandidat lainnya, responden menganggap sikap ramah dan santun Ahok paling rendah.
Dari hasil survei ini pula, LSI menemukan masih banyak pendukung yang bisa berubah pilihan pada Pilkada DKI 2017. Perubahan tersebut sebesar 17 persen.
"Kemungkinan berubah pilihan sebesar 17 persen, masih sangat berubah atau pendukung lemah," jelas Kuskridho.