Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Y-Publica melakukan riset tentang respons publik terhadap tagar #2019GantiPresiden. Hasilnya, mayoritas publik menilai bahwa tagar tersebut adalah sebuah gerakan politik.
"Tiga hasil teratas survei kami mendapati, 28,3 persen mengatakan tagar tersebut merupakan gerakan politik, 25,0 persen adalah kampanye sebelum waktunya, kemudian 13,6 persen adalah gerakan berbau makar," kata Direktur Eksekutif Y-Publika Rudi Hartono di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (3/9/2018)
Advertisement
Masifnya gerakan tagar #2019GantiPresiden tersebut, lanjut dia, ternyata tidak berbanding lurus dengan apa yang dirasakan publik. Menurut survei, 68,6 persen publik merasa tidak setuju akan gerakan tersebut. Sedangkan yang mendukung hanya di angka 28,3 persen.
Advertisement
"Mayoritas berpikir gerakan itu dikendalikan elite partai. Deklarator hingga tokoh terafiliasi gerakan itu, seperti Mardani Ali Sera dan Ahmad Dhani, diketahui berasal dari kubu mana. Jadi ini bukan murni gerakan dari bawah, tapi ditunggangi," jelas Rudi.
Lebih dari itu, dia menilai gerakan #2019GantiPresiden tersebut tidak pula membawa efek ekor jas kepada pihak oposisi. Ini terbukti dari tidak terdongkraknya elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang belum bisa menyaingi kedigdayaan Jokowi-Ma'ruf.
"Hasil survei kami mencatat, pasangan Pak Jokowi dan KH Ma'ruf Amin mendulang persentase 52,7 persen, ketimbang Prabowo-Sandiaga yakni 28,6 persen. Namun, yang mengatakan tidak tahu atau belum menjawab masih cukup tinggi sebesar 18,7 persen," Rudi menyudahi.
Survei ini menjangkau 1.200 koresponden di seluruh Indonesia. Menggunakan metode multistage random sampling, dengan wawancara tatap muka, survei ini memiliki margin of error 2,98 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan dilakukan pada periode 13-23 Agustus 2018.
Â