Dolar Galak, Sandiaga Buat Pantun Gunung Salak 

Sandiaga mengajak setiap elemen masyarakat untuk bersama membuat rupiah bangkit.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 10 Sep 2018, 16:22 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2018, 16:22 WIB
Sandiaga Uno hadir menyaksikan pencak silat di Asian Games (Liputan6.com /Ady Anugrahadi)
Sandiaga Uno hadir menyaksikan pencak silat di Asian Games (Liputan6.com /Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Bakal Cawapres Sandiaga Uno kembali menyindir menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Sindiran Sandiaga diutarakan lewat pantun yang menyebut dolar galak.

"Hari senin ke Gunung Salak, jalan jalan bareng anak. Jatuh miskin karena dolar galak, kita usaha biar jadi jinak," pantun Sandiaga Uno di Rakernas PKS, Bogor, Senin (10/9/2018).

Sandiaga melihat, galaknya dolar AS disebabkan turunnya kepercayaan publik terhadap pemerintah. Menurut dia, rakyat kini sulit mempercayai kinerja pemerintah.

"Karena sesungguhnya ini krisis kepercayaan, kepercayaan pada ekonomi. Sedikit buat percaya rakyat kepada pemerintah dalam mengelola ekonomi," jelas Sandiaga.

Sandiaga mengajak setiap elemen masyarakat untuk bersama membuat rupiah bangkit. Dia mengakui ini bukan hanya kerja satu pihak, melainkan langkah kerja bersama demi kemajuan bangsa.

"Ini krisis jangan sampai terjadi. Butuh 10 hingga 12 tahun membenahi krisis 98, butuh waktu, negara kita semakin tertinggal. Jadi kita doakan jangan sampai masuk krisis," ujar Sandiaga Uno.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bantu Pemerintah

Sebelumnya, Sandiaga meminta masyarakat membantu pemerintah mengendalikan laju dolar AS. ia mengaku memiliki beberapa jurus.

"Kita harus bantu Ibu Sri Mulyani, bantu pemerintah yang lagi kerepotan. Kalau dolar bergejolak terus, ada dampak bagi UMKM karena banyak bahan baku mereka impor," kata Sandiaga di hadapan ribuan generasi milenial di Hotel Puri Dalem Sanur, Sabtu, 8 Agustus 2018.

Menurut Sandi, sektor pariwisata yang diuntungkan. Hanya saja, bagi UMKM dan kebutuhan rumah tangga pasti akan berdampak. Sebab, beberapa kebutuhan dalam negeri masih impor dari beberapa negara seperti bawang putih dan beras. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya