Ma'ruf Amin: Santri Harus Punya Kemampuan dan Kompetensi

Menurut Ma'ruf Amin, santri harus mengambil peran di dalam segala aspek pembangunan bangsa dan negara.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 22 Okt 2018, 11:39 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2018, 11:39 WIB
Lihat Kemeja Motif Unik Jokowi Saat Cek Kesehatan di RSPAD
Bakal calon presiden Joko Widodo atau Jokowi (kanan) dan KH Ma'ruf Amin (tengah) saat tiba di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (12/8). Jokowi mengenakan kemeja unik bertuliskan 'Bersih, Merakyat, Kerja Nyata'. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan agar santri mempunyai kompetensi dan kemampuan mumpuni. Ini diperlukan agar bisa mengabdi untuk bangsa dan negara dan mengisi kemerdekaan dengan menghilangkan kemiskinan.

"Santri itu harus punya semangat mengabdi pada bangsa dan negara. Bukan hanya mengusir pejajahan, tapi mengisi pembangunan menghilangkan kemiskinan dan membangun kesejahteraan," ucap Ma'ruf Amin saat mengikuti apel Hari Santri di Lapangan Dadaha, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (22/10/2018).

Dia menuturkan, Hari Santri diperingati demi memberikan semangat bagi para santri untuk membela NKRI. Baginya, santri harus mengingat bahwa kemerdekaan RI merupakan bagian dari perjuangan santri. Artinya, santri harus merasa punya peran, dihargai dan diperhitungkan negara.

"Santri harus siap untuk mengabdi. Jadi tidak hanya punya semangat, tapi juga harus punya kemampuan dan kompetensi," ungkap Ma'ruf.

Menurut dia, santri harus mengambil peran di dalam segala aspek pembangunan bangsa dan negara. Dan di dalam konteks itu, santri juga harus menyiapkan dirinya untuk bisa berkiprah lebih besar.

"Tentu peran pesantren sebagai wadah pendidikan santri juga wajib berperan lebih besar," tukas Ma'ruf Amin.

Berperan dalam Perjuangan

Di tempat yang sama, Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj menjelaskan, santri selalu berperan dalam berbagai peristiwa perjuangan bangsa.

Sejak kemerdekaan 1945, ketika menghadapi pemberontakan DI/TII, peristiwa 1965, 1983-84 ketika mempelopori penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal, hingga Reformasi 1998.

Menurutnya, momen Hari Santri harus jadi momentum penguatan paham kebangsaan.

"Bagian dari spirit nasionalisme. Hubbul Watan Minal Iman, harus digalakkan," tukas Kiai Said Agil.

Dia juga menyampaikan rasa syukur karena RUU Pesanten dan Pendidikan Keagamaan sedang diproses di DPR RI. Hal itu merupakan bagian dari perjuangan menjadikan negara Indonesia aman, makmur, berkepribadian, dan berakhlak.

"Kita harap RUU ini segera dijadikan undang-undang," pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya