TKN: Kami Dirugikan karena Dituding Meretas Akun Medsos Anggota BPN

Menurut Usman Kansong, kasus peretasan akun sosial media tidak sekadar merugikan kubu BPN Prabowo-Sandi, tetapi bisa juga merugikan kubu TKN Jokowi-Ma'ruf.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 06 Apr 2019, 13:27 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2019, 13:27 WIB
Peluk Hangat Jokowi - Prabowo Akhiri Debat Perdana Pilpres 2019
Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin meminta Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi tidak asal menuduh dan playing victim, terkait kasus peretasan akun media sosial anggotanya seperti Imelda Sari dan Ferdinan Hutahaean.

"Lagi musim juga playing victim. Jadi kita tahan diri dulu, kita dorong untuk diusut tuntas," kata Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong dalam diskusi Polemik berjudul "Musim Retas Jelang Pemilu" di D'Consulate Resto, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Sabtu (6/4/2019).

Menurut Usman, kasus peretasan akun sosial media tidak sekadar merugikan kubu BPN, tetapi bisa juga merugikan kubu TKN. Lewat asumsi dibangun, seolah TKN menjadi pihak yang meretas tanpa fakta valid.

"Kita dirugikan karena mendapat tuduhan. Padahal dipastikan tidak dari kita. Apalagi kalau menuduh tanpa bukti, itu merugikan demokrasi," tutur Usman.

Karenanya, TKN mendorong BPN agar percaya kepada pihak kepolisian yang segera mengusut tuntas kasus peretasan. "Saya mendorong kasus ini diusut secara hukum. Jadi kasus ini bisa menimpa siapa saya ya, baik TKN maupun BPN. Jadi kita dorong untuk diusut tuntas," ujar Usman.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Peretasan

Sebelumnya, tuduhan dimaksud Usman diutarakan oleh Anggota BPN Prabowo-Sandi, Indra. Dia mengatakan ada 'pihak' yang 'kalap'. Kekalapan didasari bukan dari motif ekonomi melainkan politik.

"Kami menduga ada pihak yang kalap, saya menduga hacker yang meretas akun medsos anggota BPN memiliki motif politik yang kuat. Itu terlihat dari kontennya," kata Indra dalam kesempatan sama.

Sebelumnya, akun sosial media Twitter milik Ferdinand Hutahaean diretas. Menurut Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat ini mengakui hal tersebut melalui akun Twitter rekannya, Dahnil Ahzar Simanjutak.

Melalui sebuah video yang diunggah oleh Dahnil Ahzar, Ferdinand Hutahaean menyebut dirinya tidak lagi bisa mengakses alamat email serta akun Twitternya.

Kemudian giliran nomor WA Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat Imelda Sari diduga kena hack.

"Fix di-hack. Dari semalem hingga pagi ini online," ujar sahabat Imelda yang juga Sekretaris DPP Departemen Pariwisata Partai Demokrat Elfira Sylviani saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu (3/4/2019).

Elfira menyatakan, Selasa malam 2 April 2019 sejumlah temannya di Demokrat berusaha menghubungi Imelda untuk memberitahu bahwa nomornya banyak mengirim pesan dan gambar tak senonoh ke grup WA tim BPN Prabowo-Sandi.

"Begitu aku info (japri) ke dia, dia balas dengan memanggil 'mas'. Kan aneh?. Sudah gitu dia kemudian mengirim gambar tak senonoh," jelasnya.

Dia menambahkan, gaya bahasa saat chat dengan dengan nomor WA Imelda berbeda dengan biasanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya