Pemilu 2019 Tidak Hanya Aman, tapi juga Harus Jujur dan Adil

Effendi menilai, salah satu ketidakjujuran yang utama dan terjadi saat ini adalah keberadaan lembaga survei.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2019, 19:50 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2019, 19:50 WIB
Simulasi Pemilu 2019
Warga memasukkan surat suara yang telah dicoblos saat mengikuti simulasi pemungutan dan pencoblosan surat suara Pemilu 2019 di Taman Suropati, Jakarta, Rabu (10/4). Simulasi dilakukan untuk meminimalisir kesalahan dan kekurangan saat pencoblosan pemilu pada 17 April nanti. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Penyelenggaraan yang adil dan jujur menjadi kunci Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April berjalan aman, damai dan sejuk.

Pengamat politik Effendi Gazali mengakui dirinya sempat bingung saat melihat banyak spanduk di jalan yang hanya bertuliskan 'damai, sejuk dan aman'.

"Adil dan jujurnya tidak disebutkan. Saya fakta loh ini, lihat saja di jalan-jalan. Tolong dicatat, hari ini kita harus tambahkan kata adil dan jujur," ujarnya dalam acara Diskusi dan Doa Bersama Untuk Pemilu Yang Jujur, Adil dan Damai Feat Sabyan Gambus, di Jakarta, Selasa (16/4/2019).

Effendi mengatakan, poin jujur merupakan sangat penting dalam pemilu. Jujur menjadi pangkal dalam konteks komunikasi politik terjadinya pemilu yang damai aman dan sejuk.

Dia menganologikan arti kejujuran layaknya pertandingan sepakbola dimana gol tetap disahkan meski sebelumnya terjadi pelanggaran.

"Ada pemain lain melakukan pelanggaran lalu memasukan bola, kita mau marah, lalu disuruh aman, damai. Itu bisa? Jarang sepakbola seperti itu, kalah 8-0 tapi berakhir sejuk," contohnya.

Effendi menilai, salah satu ketidakjujuran yang utama dan terjadi saat ini adalah keberadaan lembaga survei. Alasannya, sejumlah lembaga tersebut selalu mengatakan pelaksanaan survei dibiayai sendiri. Padahal banyak yang tahu jika lembaga tersebut dibiayai pihak tertentu.

"Jika biaya sendiri, masa kerjaannya cuma menyerang pihak tertentu. Kalau Rocky Gerung bilangnya dungu, saya bilangnya gangguan kesehatan jiwa, agak ilmiah," jelasnya.

Effendi berpesan empat hal penting untuk mencapai pemilu yang adil dan dan damai. Pertama, salat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan mendaftar awal ke TPS.

Kedua, warga diminta tidak takut jika melihat alat-alat berat atau alat-alat polisi di sekitar TPS. Keberadaan alat dan personel kepolisian untuk mengamankan semua pihak.

"Ketiga, jangan pernah takut berbeda dengan lembaga survei, mereka ingin mempengaruhi kita sebelum masuk TPS bahwa kita kalah. Pilihlah dengan hati dan jangan takut," ujarnya.

Pesan keempat Effendi kepada warga untuk menunggu penghitungan suara hingga selesai. Minimal yang perlu ditunggu adalah hasil penghitungan suara pemilihan presiden.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sarat Nilai Agama

acara Diskusi dan Doa Bersama Untuk Pemilu Yang Jujur, Adil dan Damai Feat Sabyan Gambus, di Jakarta
acara Diskusi dan Doa Bersama Untuk Pemilu Yang Jujur, Adil dan Damai Feat Sabyan Gambus, di Jakarta. (Istimewa)

Sementara itu, Pengamat Tata Negara Irman Putra Sidin mengatakan, demokrasi yang dibangun dari nilai-nilai agama pasti menghasilkan adil dan jujur.

Irman menambahkan, hampir semua nilai-nilai konstitusi di dunia yang ada diambil dari agama.

"Peristiwa GBK 7 April itu bukti, langsung bersih lokasi, karena orang sadar ada yang melihatnya 24 jam. Mereka tidak perlu takut dengan CCTV, karena mereka sadar, datang dengan nilai-nilai agama sehingga saat ada kotoran, langsung diambil," ujarnya.

Irman menambahkan, biaya demokrasi akan sangat murah jika dibangun dengan nilai-nilai agama. Terkait konteks pemilihan presiden, Ia mengatakan, pemilihan nanti bukan sedang mencari pemenang dari sebuah pertarungan kekuasaan.

Besok masyarakat akan memilih presiden yang akan bersumpah dihadapan Tuhan dan menjalankan kewajibannya selurus-lurusnya.

"Presiden kuasanya besar sekali, bisa membawa kemuliaan dan kezaliman. Salah pilih sedikit, kita yang tanggung jawab sebagai pemilih, dan ini bukan tanggung jawab duniawi semata," tutupnya.

Senada, Koordinator Nasional GMI Tarisa Anindita Tutuko meminta milenial untuk mengawal pemilu yang jujur dan damai.

"Intinya jangan mau kita dicurangi, tolong dijaga pokoknya jangan sampai ada kecurangan dan kita harus damai," tegasnya. 

 

Reporter: Randy Ferdi Firdaus

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya