Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Gubernur atau Cawagub Jakarta Rano Karno menghadiri dialog yang diselenggarakan Forum Purna Pejabat Pemda DKI bersama para Cagub dan Cawagub Jakarta Periode 2024-2029 pada hari ini, Kamis (26/9/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Rano menanggapi sejumlah isu, salah satunya terkait Jakarta sebagai 'melting pot' budaya. Merespons hal tersebut, Rano Karno menyoroti sejarah Jakarta yang awalnya tidak dirancang sebagai kota tempat tinggal.
Baca Juga
"Jakarta ini memang sebetulnya tidak disiapkan sebagai kota mukim. Dia ini kota pelabuhan," tutur Bang Doel, sapaan akrab Rano Karno, Kamis (26/9/2024).
Advertisement
Menurut dia, Jakarta telah berkembang menjadi kota yang menjadi tujuan banyak orang dari seluruh penjuru Indonesia, menjadikannya kota dengan tingkat toleransi yang tinggi.
"Orang datang ke Jakarta, makanya kenapa bahasa Jakarta cepat sampai ke Papua daripada bahasa Papua ada di Jakarta," ucap Bang Doel.
Dalam menghadapi tantangan keberagaman ini, dia menegaskan bahwa masyarakat Jakarta telah terbiasa dengan perbedaan dan memiliki tingkat toleransi yang luar biasa.
"Masyarakat Jakarta itu jangan diajarin untuk berbeda. Kita sudah terlalu biasa berbeda," kata Doel.
Dia juga menekankan pentingnya membangun karakter masyarakat, tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik.
"Gak ada gunanya kita bangun fisik kalau manusianya kosong. Gak bangga saya punya gedung bagus tapi manusia gak punya sopan santun," terang Bang Doel.
Namun, dia juga menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan keberagaman, Jakarta harus siap dari segi infrastruktur dan teknologi untuk mendukung kemajuan kota ini sebagai melting pot budaya.
Â
Industri Hiburan
Bang Doel mencontohkan industri hiburan sebagai salah satu sektor yang terhambat karena kurangnya dukungan infrastruktur teknologi.
"Tadi sebelum saya kesini, saya menerima beberapa teman. Bruno Mars kemarin, pelaksananya dia. Dia cerita bagaimana kesulitannya mengundang artis-artis luar., yang pada dasarnya mau disini, cuman secara fasilitas tidak ditunjang oleh Indonesia," terang dia.
Bang Doel juga menyinggung bahwa venue besar di Jakarta seperti Gelora Bung Karno (GBK) dan Jakarta International Stadium (JIS) tidak memiliki fasilitas yang memadai, seperti Wi-Fi, yang penting untuk event-event internasional.
"JIS, GBK, itu kalau mau live, enggak ada wifi. Artinya tidak terpasang, kita penyewa harus tarik kabel sendiri, bayar dengan telkom," tambahnya.
Rano kemudian menegaskan bahwa kekurangan-kekurangan tersebut harus segera dibenahi.
"Artinya, ini bagian dari teknologi yang harus kita isi," tutup Bang Doel.
Advertisement