Bumi Akan Kembali Memasuki Zaman Es Karena Ulah Manusia

Faktor-faktor ini dikenal sebagai siklus Milankovitch, yang memainkan peran utama dalam perubahan iklim jangka panjang di planet kita.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 04 Mar 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 03:00 WIB
15 Tahun Lagi, Setengah Bagian Bumi akan Membeku
15 tahun lagi, setengah bagian wilayah Bumi diprediksi akan mengalami zaman es mini. Apakah benar itu akan terjadi?... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan telah lama mempelajari siklus glasial (zaman es) dan interglasial (periode hangat) yang dialami bumi selama jutaan tahun. Siklus ini dipengaruhi oleh berbagai faktor astronomis, termasuk perubahan eksentrisitas orbit bumi, kemiringan sumbu rotasi, dan presesi sumbu rotasi.

Faktor-faktor ini dikenal sebagai siklus Milankovitch, yang memainkan peran utama dalam perubahan iklim jangka panjang di planet kita. Dikutip dari laman IFL Science pada Senin (03/03/2025), selama 1 juta tahun terakhir, bumi mengalami siklus glasial dan interglasial dengan periode yang bervariasi antara puluhan hingga ratusan ribu tahun.

Saat ini, kita berada dalam periode interglasial yang dimulai sekitar 10.000 tahun lalu, yang dikenal sebagai Holosen. Periode ini ditandai dengan iklim yang relatif stabil, memungkinkan peradaban manusia berkembang pesat, termasuk perkembangan pertanian, teknologi, dan masyarakat modern.

Berdasarkan perubahan insolasi (radiasi Matahari yang masuk) di masa depan, periode interglasial ini diperkirakan akan berlanjut selama 30.000 hingga 50.000 tahun. Namun, aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan dinitrogen oksida (N₂O), telah mempengaruhi iklim bumi secara signifikan.

Gas-gas ini menangkap panas di atmosfer, meningkatkan efek rumah kaca, dan mempercepat pemanasan global. Sebelum era industrialisasi, konsentrasi CO₂ di atmosfer berkisar antara 180-280 ppm selama 800.000 tahun terakhir.

Namun, dalam 100 tahun terakhir, konsentrasi CO₂ meningkat tajam, mencapai 416 ppm pada tahun 2022, dan terus meningkat hingga saat ini. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan perubahan penggunaan lahan yang mengurangi kapasitas bumi dalam menyerap karbon.

Peningkatan konsentrasi CO₂ ini berkontribusi pada pemanasan global, yang berdampak pada pencairan es di kutub dan gletser. Air lelehan tersebut mengalir dari kutub menuju khatulistiwa, mengubah bentuk planet dengan meratakan kutub dan membuatnya lebih menonjol di bagian tengah, sehingga memperlambat rotasi bumi.

Meskipun perubahan ini terjadi dalam skala yang sangat kecil, hanya dalam hitungan milidetik per hari, dampaknya bisa terasa dalam jangka panjang terhadap sistem iklim dan geodinamika bumi. Selain itu, pemanasan global menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, hujan lebat, badai yang lebih kuat, dan kekeringan yang berkepanjangan.

 

Promosi 1

Perubahan Pola Cuaca

Perubahan pola cuaca ini mempengaruhi pertanian, ketersediaan air, serta kesehatan manusia dan ekosistem. Lautan juga mengalami dampak besar akibat pemanasan global.

Permukaan laut terus mengalami kenaikan, yang disebabkan oleh ekspansi termal air laut dan pencairan es daratan. Sejak 1901 hingga 2018, permukaan laut rata-rata global naik sekitar 0,2 meter, dengan kecepatan kenaikan yang semakin cepat dalam beberapa dekade terakhir.

Selain itu, lautan menjadi lebih asam akibat peningkatan penyerapan CO₂, yang berdampak pada kehidupan laut. Trutama terumbu karang dan organisme laut yang bergantung pada kalsium karbonat untuk membangun cangkangnya.

Perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia ini menandai era baru yang disebut Anthropocene, di mana manusia menjadi kekuatan dominan yang mempengaruhi lingkungan dan proses geologis bumi. Bukti dari era ini termasuk peningkatan konsentrasi gas rumah kaca, perubahan penggunaan lahan secara masif, urbanisasi yang cepat, serta polusi plastik dan bahan kimia yang meninggalkan jejak dalam lapisan geologis bumi.

Beberapa ilmuwan bahkan mengusulkan bahwa Anthropocene harus diakui sebagai sebuah periode geologi baru dalam sejarah bumi. Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, dapat disimpulkan bahwa aktivitas manusia tidak hanya menunda kedatangan zaman es berikutnya tetapi juga menciptakan perubahan signifikan dalam sistem iklim bumi.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya