Liputan6.com, Jakarta - Calon Gubernur atau Cagub Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung menyinggung perihal kebudayaan di kota ini yang sudah seharusnya kita kenal dan kembangkan. Kebudayaan tersebut adalah budaya Betawi.
Pramono Anung menjelaskan bagaimana kota-kota di daerah lain seperti Bali, Jawa Tengah, dan lain sebagainya lebih melestarikan kebudayaannya dalam bentuk fisik yang dapat dinikmati oleh masyarakat lokal maupun luar.
Advertisement
Baca Juga
"Ketika kita ke Bali, begitu mendarat di airport, wajah airport-nya wajah Bali. Di Jogja, wajah airport-nya wajah Jogja. Di Surabaya, wajah airport-nya wajah Jawa Timur atau Surabaya," ujar Pramono dalam acara Ngobrol Pintar atau 'Ngopi' di Auditorium Gedung Dakwah, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2024).
Advertisement
"Di Jakarta, satu-satunya kota besar, begitu kita mendarat, wajah betawinya tidak ada," sambung dia.
Oleh karena itu, jika Pramono terpilih menjadi Gubernur Jakarta, maka akan membenahi beberapa desain infrastruktur agar lebih menonjolkan budaya Betawi.
Selain itu, Pramono akan mewariskan minuman tradisional Betawi yaitu bir pletok yang akan disajikan untuk para tamu baik di Balai Kota mau pun di Istana.
"Bahkan nanti, kalau di Balai Kota atau di Istana (akan) menerima tamu negara atau tamu dari manapun, yang disajikan tidak lagi teh dan kopi, tapi (disajikan) yang namanya bir pletok," ucap dia.
Tak hanya itu, Pramono akan melibatkan palang pintu, pantun, dan tari tradisional Betawi sebagai pembukaan sambutan kedatangan tamu negara.
"Sehingga saya yakin nanti inilah yang akan menjadi wajah Jakarta di masa depan," tutup Pramono.
Â
Pramono Anung: Indonesia Emas 2045 Bisa Tercapai Jika SDM Tersedia dan Politik Stabil
Sebelumnya, Calon Gubernur atau Cagub Jakarta Pramono Anung menyampaikan pandangannya mengenai visi besar Indonesia Emas 2045 dalam sesi 'Ngobrol Pintar atau Ngopi'.
Dalam kesempatan tersebut, Pramono Anung menilai, Indonesia Emas 2045 bukan hanya sekadar target pencapaian, tetapi merupakan tonggak penting dalam sejarah Indonesia yang akan ditandai oleh keunggulan demografi.
Menurut Pramono, fase Indonesia Emas secara demografi akan dimulai pada tahun 2030 dan berlangsung hingga tahun 2040. Jika Indonesia emas tidak terjadi maka akan menjadikan jebakan negara dengan kelas ekonomi menengah atau middle income track.
"Kalau kita tidak bisa memanfaatkan puncak demografi maka Indonesia Emas tidak akan terjadi, kita akan terjebak dengan middle income track atau jebakan negara dengan kelas ekonomi menengah," ujar Pramono pada sesi diskusi, Selasa (12/11/2024).
Pramono juga menyoroti bahwa Indonesia tidak akan berhasil naik kelas menjadi negara dengan ekonomi maju jika kualitas sumber daya manusia (SDM) tidak ditingkatkan secara signifikan.
Menurutnya, kunci utama untuk mewujudkan visi Indonesia Emas terletak pada peningkatan kualitas SDM. Ia menekankan bahwa SDM di berbagai daerah, khususnya Jakarta.
"Peningkatan kualitas SDM harus disertai dengan perbaikan dalam berbagai aspek pendukung lainnya. Di mana, bisnisnya menjadi transparan, administrasi perizinan lebih mudah dan tak kalah penting politiknya harus stabil," papar Pramono.
Pramono pun menanggapi pertanyaan mengenai peluang Indonesia untuk mencapai target Indonesia Emas 2045 dengan optimisme.
Â
Advertisement
Yakin Indonesia Maju di 2045
Pramono menilai, secara teoritis hal tersebut sangat mungkin tercapai, terutama karena saat ini generasi muda mendominasi populasi dengan tingkat pendidikan yang terus meningkat.
Dia meyakini, jika generasi muda terus didukung dan diberikan akses ke pendidikan serta pelatihan berkualitas, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju pada 2045.
"Mudah-mudahan stabilitas politik dapat terjaga dengan baik, transparansi dalam kehidupan bernegara menjadi lebih terbuka, dan proses administrasi pemerintahan bisa lebih mudah diakses oleh masyarakat," ucap Pramono.
Dia pun berharap agar generasi muda memiliki impian besar yang tidak hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga berdampak positif bagi keluarga dan bangsa.
"Saya memulai karier sebagai pejabat publik pada usia 34 tahun, dipercaya menjadi Sekretaris Presiden Megawati, dan dalam dua periode terakhir saya menjabat sebagai Menteri Sekretaris Kabinet untuk Presiden Jokowi," kata Pramono.
"Kenapa saya membagikan cerita ini? Karena saya ingin anak-anak muda sekalian berani bermimpi besar dan bercita-cita untuk menjadi seseorang yang memberikan manfaat, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi keluarga dan bangsa," tegas dia.
Dengan memberikan contoh dari perjalanan karirnya, Pramono mendorong para pemuda untuk memiliki visi yang besar dan bekerja keras demi masa depan Indonesia yang lebih baik.