Liputan6.com, Jakarta Ada banyak cara untuk menggandakan aset, salah satunya ialah berinvestasi properti. Kenaikan nilai properti yang terus meningkat secara dinamis dipercaya menjadi instrumen investasi yang menjanjikan.
Namun, karena membutuhkan modal yang cukup besar, seorang investor properti haruslah punya pemahaman yang cukup mengenai seluk beluk bisnis ini.
Ternyata, tidak cukup berbekal modal dan pengetahuan dasar soal lokasi strategis saja. Seorang investor properti ulung mestinya memahami beberapa hal penting lainnya.
Advertisement
“Untuk investor, yang pertama dilihat ialah dicari properti apa yang tepat sesuai dengan horizon investasi dan objektif dari investasi tersebut,” tutur Mina Ondang, Senior Investment Team dari Cushman & Wakefield, ketika di wawancara Rumah.com (1/8).
"Misalnya horizon investasi 5 tahun, maka ia harus mencari proyek yang bisa memberikan yield dalam waktu 5 tahun," ia menambahkan.
Sebagai praktisi yang sudah 20 tahun malang melintang di dunia investasi properti, juri Indonesia Property Award 2016 ini juga menyarankan jalan alternatif yang lebih praktis, yaitu sebagai partner developer.
“Selain mencari properti, seorang investor juga bisa mencari partner developer yang bisa diajak bekerja sama. Intinya memiliki visi yang sama. Visi disini maksudnya punya portofolio dan kualitas dan tujuan yang sama,”
“Misalnya jika investor ini targetnya kelas atas maka investor juga harus mencari developer dengan proyek kelas atas,” jelasnya.
Cara ini terbilang jitu bagi para pebisnis dengan jam terbang yang tinggi. “Selain punya visi yang sama, carilah partner developer yang bisa di percaya,” tambah Mina.
Investasi di Subsektor Perkantoran
Perkembangan pasar sewa perkantoran yang begitu sibuk, khususnya di sekitaran pusat bisnis Jakarta membuat banyak investor tergiur untuk terjun di dalamnya.
Bahkan pada Laporan riset “Asia Office Q1 2014″ yang digelar oleh konsultan properti, Cushman & Wakefield, tercatat Jakarta telah mendominasi pertumbuhan harga sewa di tingkat regional.
Dalam laporan tersebut, perkantoran di Jakarta disebutkan mengalamai pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan 33 kota lainnya di Asia.
Meski demikian, butuh kecermatan dan pengetahuan mendalam agar bisnis Anda tidak merugi. Menurut Mina, untuk subsektor perkantoran, seorang investor harus pintar membaca lokasi yang punya pangsa pasar sewa baik.
“Kalau sudah memilih investasi di lokasi yang pas tentu resikonya lebih kecil. Selain itu juga harus dikelola oleh pengelola yang profesional," katanya.
"Ada beberapa vendor pengelola gedung yang terpecaya, salah satu contohnya Cushman & Wakefield, yang memiliki jasa pengelolaan gedung perkantoran," ia mengakhiri.
Ini adalah hal yang penting, karena investor perkantoran ingin meminimalisir faktor resiko. Jika gedungnya di kelola dengan baik maka investor tidak perlu pusing memikirkan angka okupansi dan jumlah tenant. Mereka cenderung “terima beres” dan tidak perlu melakukan cek secara berkala.