Liputan6.com, Jakarta Minimalis, minimalis, dan minimalis. Dari sekian banyak gaya arsitektur yang tercetus di berbagai belahan dunia, minimalis masih menjadi pilihan nomor satu kebanyakan orang Indonesia.
Gaya ini sendiri sejatinya mulai dikenal masyarakat pada 1920 silam. Kemunculan gaya ini bermula sebagai bentuk protes terhadap beberapa aliran arsitektur terdahulu yang dianggap boros dari sisi biaya, penggunaan material, waktu pengerjaan, penggunaan ruang, maupun perawatan.
Untuk itu, konsep minimalis mengutamakan fungsi penggunaan bahan bangunan dan aksesori secara lebih maksimal, serta menghindari pemakaian ornamen secara berlebihan, atau dikenal dengan istilah “ornament is a crime”.
Advertisement
“Prinsip sesungguhnya dari minimalis adalah makin sedikit ornamen akan semakin baik,” terang junior arsitek dari Alfian and Partner, Dhayfi Lutfina kepada Rumah.com.
Bentuk ruang yang dianggap paling fungsional dan efisien untuk aktivitas adalah kotak atau persegi panjang, yang menghasilkan ekspresi fasad bangunan berbentuk kubisme (box). Inilah representasi dari kontur bangunan minimalis sebenarnya.
“Untuk itu, dalam menciptakan rumah minimalis, pemakaian material berbau alam sangat diperlukan. Contoh warnanya pun lebih ke arah klasik seperti putih, krem, abu-abu, dan cokelat tua,” tutur wanita kelahiran 1991 ini.
(Simak juga: Tips Pilah-pilih Warna Cat Eksterior Rumah)
Rekomendasi warna cat
Siapa sangka, rumah bergaya minimalis tidak hanya efektif dan efisien saja, melainkan juga berfungsi bagi sistem kesehatan penghuninya.
The Journal of Social and Personal Relationships dalam risetnya menyebut bahwa otak bereaksi positif terhadap hal yang bersifat simetris. Artinya, keseimbangan rumah menjadi penentu reaksi otak seseorang.
Jika rumah terlihat rapi dan bersih, maka penghuni rumah akan merasa tenang dan betah di dalam rumah. Begitupun berlaku untuk rumah minimalis, di mana kesederhanaan menjadi prioritas utama tanpa ornamen yang bisa membuat rumah terlihat penuh.
Berkaitan dengan segi ornamen, warna juga berkontribusi terhadap ciri rumah minimalis yang umumnya dihiasi warna netral dengan sedikit aksen.
Warna-warna ini dianggap mampu memberi kesan terbuka dan mengundang. Oleh karenanya, mengecat ruang dengan warna netral memungkinkan otak memproses pandangan secara menyeluruh tanpa ada hambatan dari pernak-pernik lainnya.
“Warna cat dinding lain diluar putih, krem, dan abu-abu, sebetulnya sah-sah saja. Asalkan jangan dipoles secara nge-block, tetapi dijadikan hiasan agar rumah terlihat cantik dan tak membosankan. Misalnya dicat untuk bagian double wall maupun kanopi muka luar rumah alias fasad,” jelasnya.
Aturan mainnya, kata Fina, sebaiknya hanya memadukan dua warna yakni warna netral dan warna cerah. Komposisinya pun tidak boleh warna cerah yang lebih dominan.
“Kamar tidur yang seluruh dindingnya berwarna cokelat muda, layak dikombinasikan dengan warna neon seperti hijau dan kuning. Dua warna ini bisa diaplikasikan melalui backdrop (latar belakang) tempat tidur,” ia menggambarkan.
Guna memudahkan pemilik rumah dalam memadu-padankan warna cat, Fina memberi beberapa ide meliputi abu-abu dengan merah muda, cokelat muda dengan hijau, serta putih dengan kuning dan jingga.
“Jika bosan dengan warna netral sebagai warna utama ruangan, boleh kok mencoba warna lain yang masih punya unsur minimalis seperti baby blue dan hijau muda (light green),” ia mengakhiri.