Liputan6.com, Jakarta Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia triwulan III-2016 mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan III-2016 yang tumbuh sebesar 0,36% (qtq), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2016 yang tercatat sebesar 0,64% (qtq).
Baca Juga
Perlambatan pertumbuhan harga rumah terutama terjadi pada rumah tipe besar (0,05%, qtq). Sementara berdasarkan wilayah, Surabaya tercatat mengalami kenaikan harga rumah tertinggi (1,96%, qtq).
Advertisement
Sedangkan harga rumah di Denpasar, Palembang, dan Pontianak mengalami penurunan, masing-masing sebesar -0,13% (qtq), -0,56% (qtq), dan -0,12% (qtq) seiring dengan lesunya permintaan masyarakat.
Seperti dikutip Rumah.com, kenaikan harga bahan bangunan (37,35%) dan upah pekerja (23,14%) masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga rumah dalam periode laporan.
(Simak juga: Survei Triwulan II-2016, Manado Alami Kenaikan Harga Properti)
Namun demikian, pertumbuhan kenaikan harga rumah melambat dibanding periode sebelumnya, yang diindikasikan karena pengaruh penurunan tarif PPh final atas pengalihan tanah/atau bangunan dari 5% menjadi 2,5%. Ini berlaku dari nilai transaksi yang diterima penjual dan mulai efektif per September kemarin.
Berlanjutnya perlambatan kenaikan harga properti residensial pada triwulan III-2016 ini telah diperkirakan pada survei triwulan sebelumnya. Hasil survei memperkirakan bahwa perlambatan kenaikan harga properti residensial masih akan berlanjut pada triwulan IV-2016 (0,28%, qtq).
Sementara itu, volume penjualan properti residensial menunjukkan peningkatan. Volume penjualan pada triwulan III-2016 tumbuh sebesar 4,65% (qtq), lebih tinggi dibandingkan 4,02% (qtq) pada triwulan II-2016.
Secara triwulanan, peningkatan penjualan tersebut terjadi pada semua tipe rumah terutama rumah tipe kecil sejalan dengan adanya program pembangunan rumah murah oleh pemerintah.
KPR Tetap Jadi Favorit
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial masih bersumber dari dana internal pengembang. Sebagian besar pengembang (56,24%) menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usahanya.
Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) pada triwulan III-2016 mengalami penurunan dibandingkan triwulan 22-2016, sejalan dengan penurunan total kredit yang disalurkan perbankan.
Sementara itu, sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih didominasi oleh pembiayaan perbankan (KPR), khususnya pada rumah tipe kecil dan menengah dengan suku bunga rata-rata antara 9%-12%.