Ini Alasan Orang Kaya 'Doyan' Bisnis Properti

Ketertarikan orang-orang kaya untuk menekuni bisnis properti tak lain adalah karena punya segudang kelebihan. Apa saja itu?

oleh Fathia Azkia diperbarui 17 Des 2017, 16:33 WIB
Diterbitkan 17 Des 2017, 16:33 WIB
pembangunan hunian di jakarta
Kota Jakarta. (Foto: Rumah.com)

Liputan6.com, Jakarta Bisnis properti terbukti banyak mencetak orang sukses. Sebut saja Ir. Ciputra yang dilansir memiliki kekayaan mencapai USD1,6 miliar atau Rp21,6 triliun (kurs Rp13.560) menurut Forbes.

Setelahnya ada Eka Tjandranegara, pemilik group Mulia yang punya total kekayaan USD1,6 miliar atau setara Rp21,6 triliun. Menyusul Alexander Tedja, yang didaulat masuk dalam daftar nama orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan USD1,3 miliar atau Rp17,5 triliun.

Ketertarikan orang-orang kaya tersebut untuk menekuni bisnis properti tak lain adalah karena punya segudang kelebihan. Apa saja itu? Simak ulasan yang dikutip dari Rumah.com.

1. Nilai Tambah (Added Value)

Nilai tambah investasi properti diperoleh akibat pengembangan bangunan di atas sebidang tanah kosong. Nilai tambah akan semakin tinggi, jika bangunan berada di lokasi strategis dengan akses dan fasilitas yang baik, serta dibuat dengan arsitektur yang indah.

Di kawasan Jakarta Timur, kenaikan harga rumah menurut penelusuran Rumah.com bisa mencapai Rp100 juta – Rp300 juta per tahunnya. Beberapa perumahan di area ini meliputi Zhafira Town House, Villasa Boutique Townhouse, Prajawangsa City, dan Palm One Residence.

2. Peningkatan Pendapatan Tahunan (Income Appreciation)

Dari sebidang tanah yang dikembangkan, seorang investor dapat menerima sewa. Keuntungan lain adalah kenaikan harga sewa, karena sifat kelangkaan tanah dan properti akan terus terjadi sepanjang perekonomian di sebuah negara terus tumbuh.

Seperti misalnya Kasamara Residence yang berlokasi di Bintaro. Area favorit bertempat tinggal ini menjanjikan kenaikan harga yang prospektif. Harga sewa di 2-3 tahun lalu masih menawarkan harga Rp150 jutaan per tahun dan sekarang sudah mencapai Rp200 juta per tahun.

3. Peningkatan Nilai Tanah (Capital Appreciation)

Apresiasi nilai tanah merupakan keuntungan lain dari investasi properti. Jumlah manusia setiap saat terus bertambah, sementara jumlah tanah tidak dapat bertambah. Ini merupakan teori klasik yang secara sederhana menjelaskan mengapa harga tanah terus merangkak naik dari waktu ke waktu.

Hal umum lainnya yang sering memicu harga tanah meningkat adalah infrastruktur. Buktinya, Tol Soroja di Bandung yang baru saja diresmikan sudah mampu membuat harga tanah di sekitaran tol seperti Katapang dan Soreang berada di kisaran Rp2 juta – Rp3 juta per meter persegi.

Simak juga: Tol Soroja ‘Kerek’ Harga Hunian di Bandung

4. Investasi Jangka Panjang (Long Term Investment)

Dibandingkan dengan deposito, emas atau investasi lain, properti mempunyai karakter yang tahan lama. Bisnis properti memiliki horison (jangka waktu) investasi rata-rata 3 – 5 tahun.

Artinya, setelah 3 sampai 5 tahun perkembangan nilainya sudah cukup berarti untuk menghasilkan capital gain (selisih harga beli dan harga jual). Seperti harga rumah dan apartemen di Cikarang yang kerap naik antara 10% sampai 20% per tahun.

5. Daya Pengungkit Investasi yang Tinggi (High Leverage Investment) 

Sebagai contoh, konsumen berinvestasi properti dengan uang Rp100 juta sebagai uang muka (DP), maka ia bisa memiliki investasi properti sebesar Rp500 juta atau lima kali lipat, karena sisanya sebesar Rp400 juta dibayar dengan menggunakan pembiayaan bank.

Baca juga: Rumah KPR Cicilan Rp4 Juta, Pengantin Baru Wajib Lihat!

Jika nilai investasi naik 10% menjadi Rp550 juta, maka keuntungannya Rp50 juta (Rp550 juta – Rp500 juta) atau 50% dari investasi awal yang ‘cuma’ Rp100 juta. Inilah yang disebut daya pengungkit investasi yang tinggi.

6. Proteksi Terhadap Inflasi (Hedge of Inflation)

Secara tradisional, orang membeli tanah dan bangunan untuk menjaga investasi tersebut agar tidak tergerus inflasi.

Sehingga investor yakin membeli properti, nilai investasi tidak akan turun seperti nilai mata uang yang tergerus inflasi. Bahkan karena sifat kelangkaannya, nilai investasi itu terus meningkat seiring waktu. 

7. Agunan yang Baik (Good Collateral)

Tidak seperti investasi keuangan, properti merupakan agunan atau jaminan yang paling solid. Bahkan di beberapa negara, pihak perbankan tidak segan meminjamkan dana hingga 80% dari nilai agunan.

8. Kebanggaan Kepemilikan (Pride of Ownership)

Dibandingkan dengan investasi jenis lain, rasa bangga terhadap kepemilikan properti pada umumnya lebih tinggi. Maka zaman dahulu, tuan tanah diasosiasikan sebagai orang kaya. Hal ini disebabkan karena properti juga dapat menghasilkan income dari sewa.

Mau tahu di mana lokasi hunian yang banyak diincar orang kaya? Lihat pilihannya di Perumahan Baru dengan harga mulai Rp1 miliaran!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya