Hunian Terintegrasi Transportasi Memudahkan Hidup Para Penghuni

Hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi akan berimbas pada waktu tunggu hingga waktu tempuh yang dapat diprediksi. Itulah tren gaya hidup di kota-kota maju dunia yang mulai berkembang di Indonesia,

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 16 Nov 2020, 12:06 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2020, 10:57 WIB
Hunian Terintegrasi Transportasi Memudahkan Hidup Para Penghuni
Pemerintah terus mendorong pertumbuhan hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi atau lebih dikenal dengan adaptasi konsep Transit Oriented Development (TOD).

Liputan6.com, Jakarta Permasalahan kota besar seperti Jakarta bukan hanya tentang kemacetan, tetapi juga harga lahannya yang sudah sangat tinggi sehingga sangat sulit bagi sebagian besar masyarakat di kota ini untuk memiliki hunian. Karena itu, pemerintah terus mendorong pertumbuhan hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi atau lebih dikenal dengan adaptasi konsep Transit Oriented Development (TOD) di pusat-pusat kepadatan kota agar para penglaju (komuter) bisa hidup dengan lebih efisien.

LRT City merupakan salah satu perwujudan konsep kawasan yang mengintegrasikan hunian dengan sarana transportasi itu. Proyek ini merupakan hasil pengembangan dari PT Adhi Commuter Properti yang merupakan anak usaha BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang memprakarsai proyek kereta api ringan atau Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek.

Menurut Direktur Pemasaran PT Adhi Commuter Properti Indra Syahruzza, secara berkelanjutan sarana transportasi modern seperti LRT akan menjadi tren dan kebutuhan di kota-kota besar seperti Jakarta. Kita bisa melihat antusiasme masyarakat terkait transportasi masal modern seperti KRL Commuter Line maupun moda raya terpadu (MRT).

“Dengan semakin berkembangnya transportasi masal seperti KRL, MRT dan LRT masyarakat semakin sadar dengan kelebihan fasilitas ini. Maka, hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi akan berimbas pada waktu tunggu hingga waktu tempuh yang dapat diprediksi dan itulah tren gaya hidup di kota-kota maju dunia yang mulai berkembang di Indonesia,” ujarnya.

Kita ketahui bersama betapa beratnya lalu lintas kota Jakarta dengan total panjang jalannya yang hanya mencapai 5.621 kilometer. Ditambah dengan fakta bahwa panjang jalan tersebut hanya bertambah 0,01 persen per tahun dan terus dipadati dengan pertambahan sepeda motor sebanyak 4.500 unit serta mobil 1.500 unit setiap harinya. Pertambahan kendaraan di Jakarta bahkan mencapai 12 persen per tahun (data Polda Metro Jaya 2015).

Tidak hanya itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta tahun 2014, lebih dari 1,38 juta warga sekitar Jakarta (Bodetabek) melakukan perjalanan ulang-alik ke Jakarta untuk bekerja, sekolah, maupun melakukan keperluan lainnya. Dari angka itu, tingkat penglaju terbanyak yang masuk ke Jakarta berasal dari wilayah Bekasi dengan persentase mencapai 26,02 persen.

Persentase ini bukan hanya sekadar statistik karena kenyataannya kegiatan ini telah memakan begitu banyak energi bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai Rp 10,7 triliun per tahun. Kemacetan Jakarta juga mengakibatkan kerugian hilangnya waktu produktif hingga mencapai Rp 9,7 triliun per tahun, dan kerugian kesehatan sebesar Rp 5,8 triliun per tahun.

Untungnya Hunian yang Terintegrasi Fasilitas Transportasi

Untungnya Hunian yang Terintegrasi Fasilitas Transportasi
Dengan berbagai sarana transportasi umum yang tersedia, tinggal di hunian seperti ini layaknya memiliki kendaraan pribadi yang siap mengantar kita ke manapun dengan mudah, lebih murah.

Dengan besarnya jumlah penglaju dari area Bekasi yang bekerja di Jakarta, salah satu proyek LRT City di Bekasi yaitu LRT City Bekasi-Eastern Green bisa menjadi solusi hunian yang sekaligus terintegrasi dengan fasilitas transportasi umum. Berlokasi 0 kilometer dari Stasiun LRT Jatimulya dan exit tol Bekasi Timur, LRT City Bekasi-Eastern Green juga dilengkapi dengan sarana Bus Rapid Transit (BRT) Transjabodetabek yang membuat kawasan hunian ini memiliki sarana transportasi publik yang lengkap.

Project Director LRT City Bekasi-Eastern Green Setya Aji Pramana memaparkan, berbagai keunggulan lokasi, fasilitas, maupun integrasi dengan transportasi masal di proyeknya dapat mengusung konsep hunian “Your Smart Move”. Hal inilah yang membuat proyek ini menjadi sangat lengkap sebagai sebuah hunian yang digabungkan dengan sarana transportasi hingga penyediaan sarana lifestyle yang sesuai untuk penghuninya.

“Your Smart Move merupakan konsep di mana LRT City Bekasi-Eastern Green menjadi pilihan cerdas untuk sebuah hunian dengan konsep yang ditawarkan dan memudahkan penghuni dari segi aksesibilitasnya. Bukan hanya itu, hunian ini juga dilengkapi dengan konsep smart home, smart access, hingga smart facility yang mencakup seluruh kawasannya,” jelasnya.

Setya pun mengajak berhitung terkait fleksibilitas, efektifitas, hingga efisiensi hunian seperti ini di LRT City Bekasi-Eastern Green. Bila kita menggunakan kendaraan pribadi, biaya yang harus dikeluarkan antara lain untuk BBM sekitar Rp 50.000/hari, biaya jalan tol Rp 35.000 dan biaya parkir Rp 50.000. Secara total dibutuhkan biaya harian sekitar Rp 135.000 apabila kita tinggal di Bekasi dan berkantor di wilayah Sudirman ataupun Kuningan.

Ini belum memperhitungkan biaya perawatan mobil, pajak kendaraan, dan biaya lainnya. Sementara bila menggunakan LRT sebagai transportasi harian, biayanya hanya Rp 24.000/hari dan kita terbebas dari biaya parkir, BBM, tol, dan biaya-biaya lainnya. Artinya, ada penghematan lebih dari Rp 100.000 setiap harinya bila kita menggunakan transportasi umum seperti LRT.

Waktu tempuhnya pun juga lebih terukur dan bisa diprediksi. Dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam, dari Stasiun LRT Jatimulya ke Stasiun LRT Jatibening hanya 15 menit atau ke Stasiun LRT Cawang hanya 28 menit dan ke Stasiun LRT Dukuh Atas hanya memakan waktu 50 menit. LRT Jabodebek juga akan terkoneksi dengan moda transportasi umum lainnya, seperti Transjakarta, KRL, hingga angkutan perkotaan lain sehingga memudahkan kita untuk melangkah ke manapun di wilayah Jabodebek.

“Saat ini LRT City Bekasi-Green Eastern sudah mulai dihuni sehingga masyarakat sudah bisa merasakan berbagai sarana maupun fasilitas hunian dengan konsep modern seperti di kota-kota maju. Dengan berbagai sarana transportasi umum yang tersedia, tinggal di sini seperti memiliki kendaraan pribadi yang siap mengantar kita ke manapun dengan mudah, namun tentunya lebih murah, aman dan cepat serta semuanya dapat diakses cukup dengan berjalan kaki,” jelas Setya.

LRT City Bekasi-Eastern Green dibangun di atas lahan seluas 1,4 ha dengan mengusung berbagai fungsi properti (mixed-use) mulai dari hunian, mal, ruko, plaza, dan sebagainya. Dilengkapi juga dengan jalur pejalan kaki dan bicycle track. Proyek ini terdiri dari dua tower apartemen yaitu Tower Primrose (634 unit) dan Tower Clove (302 unit).

LRT City Bekasi – Eastern Green Tower Primrose sudah siap huni di tahun ini. Saat ini harga tipe studio (27,21 m2) berkisar di angka Rp600 jutaan dan tipe 2 bedroom (50,51m2) harganya berkisar di Rp 1,1 Miliar. Beberapa promo di bulan November ini booking fee hanya Rp5 juta, subsidi DP hingga 4,5 persen, bebas bunga satu tahun dan bebas biaya KPA (syarat ketentuan berlaku).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya