Ini Kisah Awal Muncul Segitiga Hitam Papua

Sepanjang 2009-2016, jumlah korban meninggal akibat kasus kekerasan dan penembakan didaerah itu mencapai 111 jiwa.

oleh Katharina Janur diperbarui 19 Mar 2016, 06:06 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2016, 06:06 WIB
Ini Kisah Awal Muncul Segitiga Hitam Papua
Sepanjang 2009-2016, jumlah korban meninggal akibat kasus kekerasan dan penembakan didaerah itu mencapai 111 jiwa.

Liputan6.com, Papua - Tiga kabupaten yang terkenal dengan sebutan segitiga hitam Papua, yakni Kabupaten Puncak, Puncak Jaya dan Lanny Jaya terkenal akan sejumlah kasus kekerasan dan penembakan yang diduga dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Banyak korban sudah berjatuhan di daerah ini. Baik dari aparat keamanan baik TNI/Polri juga dari pihak masyarakat. Data dari Kepolisian Daerah Papua menyebutkan jalur ini mulai terasa mencekam dan dianggap rawan sejak 2009.

Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw menyebutkan sepanjang 2009-2016, jumlah korban meninggal akibat kasus kekerasan dan penembakan di daerah itu mencapai 111 jiwa dan 229 orang mengalami luka-luka, baik itu dari dari aparat keamanan dan warga sipil, dengan  total 226 kasus.

"Tak hanya korban jiwa, sejumlah senjata milik aparat keamanan juga ikut dirampas. Jumlah pastinya masih terus kami data," kata Paulus, Jumat (18/3/2016).

Korban terakhir kekerasan hingga menyebabkan korban jiwa adalah kejadian penembakan disertai kekerasan yang menyebabkan 4 orang karyawan PT Modern Grup tewas di Desa Agenggen, Distrik Sinak-Kabupaten Puncak.

Padahal para karyawan itu sedang melakukan pembukaan jalan trans Papua didaerah tersebut.  
 
Sedangkan untuk korban jiwa dengan perampasan senjata api, aksi terakhir yang dilakukan oleh KKB disana terjadi pada 27 Desember 2015, di saat 7 anggota Polsek Sinak sedang beristirahat dan menonton televisi di ruang tengah. Dalam aksi tersebut, 5 polisi langsung tewas ditempat dan 7 senjata api beserta ratusan amunisi dibawa lari KKB.

Polisi menduga KKB yang melakukan aksi di Distrik Sinak adalah kelompok Lekagak Telenggen. "Hidup atau mati, Lekagak harus ditangkap," ujar Paulus. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya