Candi Sumberawan, Jejak Kebhinekaan Zaman Majapahit

Candi Sumberawan merupakan satu–satunya stupa yang berhasil ditemukan di Jawa Timur.

oleh Zainul Arifin diperbarui 24 Mar 2016, 09:04 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2016, 09:04 WIB
Candi Sumberawan, Bukti Kebhinekaan Zaman Majapahit
Candi Sumberawan merupakan satu–satunya stupa yang berhasil ditemukan di Jawa Timur. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang – Kebhinekaan bukan hanya slogan yang tercantum di Kitab Sutasoma. Candi Sumberawan, sebuah candi berbentuk stupa di Desa Toyomerto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur merupakan bukti nyata toleransi terbangun sejak zaman kerajaan Majapahit.

Candi Sumberawan merupakan satu–satunya stupa yang berhasil ditemukan di Jawa Timur. Candi itu dibangun pada abad 14–15 Masehi, masa Kerajaan Majapahit.

Kitab Negarakertagama menyebut lokasi candi berdiri sebagai Kasurangganan yang bermakna tempat yang baik untuk dikunjungi karena keindahannya seperti diselimuti awan.
 
"Candi ini dibangun sepulang Prabu Hayam Wuruk berkunjung ke petirtaan atau sumber air yang dianggap suci di tempat yang disebut Kasurangganan ini," kata sejarawan Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, Rabu (23/3/2016).
 
Candi Sumberawan dibangun di atas ketinggian 650 meter di atas permukaan laut (mdpl). Terbuat dari batu andesit dengan ukuran luasannya sekitar 6,25 meter setinggi 5,23 meter, letak candi persis di kaki Gunung Arjuno dan berjarak sekitar 2 kilometer dari Candi Singhasari.

Dwi Cahyono menuturkan, di dalam Negarakertagama dikisahkan pada suatu waktu Prabu Hayam Wuruk menginspeksi wilayah kekuasannya pada 1359 Masehi. Di sela inspeksi itu, Hayam Wuruk menyempatkan diri Tirtayatra atau berkunjung ke petirtaan selama sehari penuh.

Petirtaan dekat Candi Sumberawan, Malang. (Liputan6.com/Zainul Arifin)
 
Petirtaan itu mulai dari Bureng atau Wendit, Petirtaan Sumber Biru - Sumber Nagan dan ke Kasurangganan atau telaga Sumberawan. Saat di Sumberawan itulah, penganut Budha Mahayana menyampaikan keluh kesahnya karena merasa minim perhatian dari sang raja lantaran tak memiliki tempat beribadah yang resmi.
 
Kerajaan Majapahit berlatar agama Hindu Syiwa. Meski demikian, kedua umat beragama itu hidup berdampingan. Hanya saja, umat Budha saat itu belum memiliki tempat ibadah tersendiri.
 
"Meski Majapahit beragama resmi Hindu Syiwa, tapi tetap menghormati penganut Budha yang minoritas. Ini adalah bukti kebhinnekaan telah ada di masa Majapahit," tutur Dwi.
 
Candi Sumberawan ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun dari luar Malang. Candi itu juga sering menjadi bagian prosesi perayaan Waisak umat Budha. Banyak pengunjung yang juga menyempatkan diri mengambil air atau minum langsung di sumber air di dekat candi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya