Liputan6.com, Makassar - Demi mencegah wabah antraks, Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan (DKP3) Kota Makassar mengintensifkan pemeriksaan jalur masuk sapi di wilayah perbatasan Makassar dan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pencegatan kendaraan bermuatan sapi dilaksanakan sambil mengecek kondisi sapi.
"Tim teknis kita dan paramedis hewan bidang peternakan DKP3 sudah melakukan pemeriksaan ketat lalu lintas ternak yang akan masuk ke Makassar di perbatasan kota. Meski sejauh ini belum ada yang kita temukan positif sapi antraks," kata Kadis DKP3 Makassar Rahman Bando saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (25/3/2016).
Mengapa razia sapi antraks intens dilakukan? Hal ini tak lepas dari bahaya penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Staf DKP3 Makassar drh Ridwan Gafar menerangkan, meski antraks banyak diderita hewan ternak, manusia juga dapat terinfeksi melalui kontak langsung maupun tidak dengan hewan yang sakit itu.
"Dalam kasus yang jarang terjadi, lesi kulit antraks dapat menular. Paling sering bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit. Seseorang juga dapat terinfeksi karena memakan daging terkontaminasi atau menghirup spora bakteri," kata Ridwan.
Baca Juga
Gejala antraks pada seseorang bervariasi, mulai luka di kulit, mual, hingga muntah serta shock. Penyakit ini bisa diobati dengan antibiotik, terutama jika terinfeksi lewat kulit atau daging yang terkontaminasi.     Â
"Sedangkan antraks yang terhirup lebih sulit diobati dan bisa berakibat fatal," jelas Ridwan.
           Â
Berikut tiga jenis antraks dengan tanda dan gejala yang berbeda:
1. Antraks kulit
Masuk ke dalam luka dengan tanda kulit bengkak dan benjol, gatal berwarna kehitaman menyerupai gigitan serangga yang cepat berkembang menjadi sakit.
2. Antraks gastrointestinal
Gejalanya adalah mual, muntah, hilang nafsu makan, demam, diare parah, sakit tenggorokan, dan leher bengkak.
Â
3. Antraks inhalasi
Advertisement
Terjadi ketika menghirup spora antraks dan menjadi jenis yang paling mematikan. Gejalanya seperti flu, sakit tenggorokan, demam ringan, kelelahan dan nyeri otot yang dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari.
Pasien juga mengalami tidak nyaman di dada dan dapat berkembang demam tinggi, kesulitan bernapas dan shock, meningitis peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang yang potensi mengancam nyawa.