Liputan6.com, Banda Aceh - Seorang petani asal Kemukiman Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar, Fauzan mengaku menanam ganja tidak membuat dirinya kaya.
"Semula saya pikir tanam ganja bisa kaya. Tapi, kenyataannya tanam ganja tidak membuat kaya. Yang ada malah dicari-cari aparat," kata Fauzan di Lamteuba, Aceh Besar, dilansir Antara, Jumat 1 April 2016.
Pernyataan tersebut diungkapkan Fauzan di hadapan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kapolri berada di Lamteuba dalam rangka memimpin operasi pemusnahan ladang ganja.
Fauzan menuturkan, dirinya bersama sejumlah rekan lainnya menjadi petani ganja karena disuruh oleh seorang "toke". Namun, ia tidak tahu siapa "toke" dan alamatnya.
"Saat itu tahun 2001. Kami disuruh tanam ganja oleh 'toke'. Luas ladang sekitar 500 meter persegi. Setelah tanam ganja, ladangnya dibiarkan. Kami kembali ketika panen," kata Fauzan.
Baca Juga
Namun, sebut dia, selama menanam ganja, dirinya tidak tenang. Ia dan sejumlah petani lainnya dikejar dan dicari-cari aparat keamanan. Hingga akhirnya ia mengalihkan dari menanam ganja ke tanaman bernilai ekonomi lainnya.
"Semula berharap kaya, malah hidup tidak tenang. Jadi, menanam ganja itu tidak tenang. Kini, saya menanam kakao dan tanaman palawija lainnya," kata Fauzan.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengajak petani Aceh yang selama ini menanam ganja mengalihkan pola menanam ke palawija dan tanaman bernilai ekonomis lainnya.
"Menanam ganja tidak pernah kaya. Yang kaya adalah sindikatnya. Petani yang sudah sadar agar bisa mengingatkan rekan maupun kerabatnya tidak terjerumus menanam ganja," kata Kapolri.
Jenderal berbintang empat itu juga mengajak pemerintah daerah untuk aktif membina petani, sehingga mereka tidak terjerumus dengan menanam ganja, tapi mengalihkan ke tanaman hortikultura maupun palawija.
"Aceh tanahnya subur. Apapun yang ditanam bisa tumbuh, termasuk ganja. Namun, kalau petani tidak dibina, tentu mereka akan tetap menanam tanaman terlarang ini," kata Badrodin Haiti.