Saluran Air Kuno Terdeteksi di Lereng Gunung Sumbing

Dekat saluran air itu ditemukan tulang belulang dan pecahan keramik yang terkonsentrasi.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Apr 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2016, 16:00 WIB
Petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah mengamati temuan sejarah berupa saluran air di areal penambangan pasir liar situs Liyangan, Temanggung, Jateng (20/4). (Antara)

Liputan6.com, Temanggung - Tim ekskavasi Situs Liyangan di lereng Gunung Sindoro di Desa Purbosari, Kabupaten Temanggung, menemukan lima lapis talut border di atas area pemujaan dan di antara talut tersebut diduga terdapat saluran air kuno.

"Talut yang ada di atas pemujaan ini termasuk istimewa, karena ada lima lapis dan di antaranya diduga terdapat saluran air," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Liyangan dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Sugeng Riyanto, di Temanggung, dikutip dari Antara, Jumat, 22 April 2016.

Sugeng menjelaskan, dari lokasi talut paling bawah kalau ditarik garis letaknya sejajar dengan sisa bangunan rumah yang ditemukan pada ekskavasi sebelumnya. Jika ditarik lagi ke bawah, talut itu akan tersambung dengan area rumah panggung yang ditemukan pada 2010.

"Kalau ditarik lagi di sekitarnya berada di area pertanian. Kami belum tahu persis ini untuk pertanian atau hunian," Sugeng menerangkan.

Ia menuturkan talut pertama bagian bawah sejajar dengan rumah, kemudian di lapis kedua itu ada talut ganda sehingga dua talut bolder itu satu konstruksi, kemudian ada sela sekitar satu meter ada talut ganda lagi.


Di antara talut ganda itu. posisinya lebih rendah seperti cekungan memanjang. Kemungkinan temuan itu jalan air, tetapi baru dugaan karena belum bisa dipastikan.

"Di tengah jalur tadi kami temukan sebuah saluran kecil, kira-kira lebar 30 sentimeter memotong yang diduga saluran air itu," kata Sugeng.

Menurut Sugeng, temuan-temuan seperti itu yang membedakan situs peninggalan zaman Mataram Kuno ini dengan situs-situs lainnya. Dekat saluran air itu ditemukan tulang belulang dan pecahan keramik yang terkonsentrasi, serta sisa-sisa bangunan berbahan organik, yang telah menjadi arang.

Temuan tulang diduga sama dengan temuan sebelumnya, yakni binatang ternak seperti kerbau. Tim ekskavasi juga menemukan serbuk sari tanaman di tempat itu yang akan dikirim ke laboratorium untuk diketahui jenis tanaman pada saat itu.

"Serbuk sari ini sangat penting untuk mengetahui tanaman yang ada tersebut padi-padian, bunga, atau lainnya karena berkaitan dengan temuan bangunan," kata Sugeng.

Ekskavasi kali ini yang berlangsung sejak awal April 2016 ini akan berakhir hari ini. Untuk mengamankan temuan purbakala tersebut, lokasi temuan akan ditutup terpal dan tanah, seperti temuan lainnya sehingga saat dibutuhkan nanti bisa dibuka lagi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya