Liputan6.com, Jakarta Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan masih mengkaji rencana pembangunan megaproyek transportasi trem di Surabaya, Jawa Timur. Namun tampaknya proyek tersebut masih menyisakan pro dan kontra. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bahkan menegaskan trem di Surabaya hanya sebuah nostalgia.
Namun, Wali kita Surabaya Tri Rismaharini menolak pernyataan itu. Ia tetap kukuh bahwa Surabaya tetap membutuhkan trem. Bahkan, perempuan yang karib disapa Risma itu beranggapan trem menjadi satu-satunya moda transportasi murah yang mampu mengatasi kemacetan di kotanya.
Baca Juga
Risma pun menunturkan lima alasan Surabaya harus mempunyai trem. Alasan pertama, proyek trem dianggap lebih murah dan solutif dibanding harus membeli ratusan unit bus.
Advertisement
Ia juga mengatakan perencanaan Kota Surabaya sejak zaman penjajahan Belanda mempunyai banyak persimpangan. Model tersebut, menurut dia, sangat tidak efektif bila harus diatasi dengan bus.
"Di Surabaya itu banyak perempatan. Kalau kita menggunakan bus, yang pertama itu bahaya sekali. Kalau ngomong busway yang sedikit mungkin ada hambatan, tetapi kita butuh yang tidak ada hambatan, supaya orang beralih ke angkutan massal. Masalahnya itu, banyak perempatan di Surabaya, itu kelemahannya," tutur Risma, Sabtu (10/9/2016).
Alasan kedua, trem merupakan moda trasportasi berbasis rel. Penggunaan rel, menurut dia, dapat terkoneksi dengan sistem Intelijen Traffic System (ITS) kita.
"Di perempatan jalan Wonokromo dan Margorejo, kalau kereta api mau lewat jarak 100 meter, Traffic light itu sudah merah. Jadi kalau pakai trem, di perempatan itu harus menang. Kalau di silang perempatan itu merah, maka trem bisa terus jalan dan tanpa berhenti walaupun lampu merah. Itu tujuannya, itu yang kedua," kata Risma.
Alasan selanjutnya, trem mampu menyesuaikan kondisi kepadatan jumlah penumpang. Bila memasuki jam sibuk, rangkaian gerbong trem dapat diperbanyak. Namun, saat jam sepi, rangkaian trem dapat dikurangi.
"Tapi kalau dengan trem bisa tergantung kebutuhan. Jadi misalnya ini ramai, saya bisa lima rangkaian. Nanti bisa ditinggal pada waktu sepi seperti jam kerja bisa dua rangkaian, jadi lebih fleksibel," ucap Risma.
Yang keempat, trem dianggap lebih aman lantaran mempunyai jumlah pintu keluar-masuk yang lebih banyak dibanding bus. "Tapi kalau trem yang tiga rangkaian pintunya bisa enam," kata Risma.
Sedangkan yang kelima adalah trem lebih ramah bagi para penyandang disabilitas. "Jadi saat di pedestrian, trem akan berhenti dan pintunya akan terbuka seperti jembatan dan orang itu bisa langsung masuk," ujar Risma.