Banjir, Banjir, Banjir...

Warga Bengkulu kaget saat tidur tiba-tiba rumah akan tenggelam.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 09 Nov 2016, 14:31 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 14:31 WIB
Banjir Genangi Puluhan Rumah Warga Bengkulu Saat Tidur
Ketinggian banjir di Bengkulu capai 170 cm. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Liputan6.com, Bengkulu - Hujan deras dan lemahnya sistem drainase memicu banjir bandang di sejumlah daerah beberapa hari terakhir. Banjir menenggelamkan rumah-rumah, menghanyutkan orang, dan merusak infrastruktur. 

Di Bengkulu,  32 rumah di RT 40 Kelurahan Betungan, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, terendam banjir dengan ketinggian hingga 170 cm pada Rabu (9/11/2016) dinihari.

Air yang menggenang diduga akibat saluran buang atau drainase tersumbat tumpukan sampah. Kondisi itu diperparah dengan hujan lebat yang mengguyur sejak Selasa sore hingga Rabu pagi.

Akibatnya, warga yang mendiami kawasan itu terendam banjir dan terpaksa mengungsi ke wilayah yang lebih tinggi. Salah satu keluarga yang memiliki bayi berusia 3 bulan harus merelakan satu unit mobil dan sepeda motornya terendam banjir.

Ketua RT 40 Betungan, Kaswensi, mengatakan, banjir mulai merendam rumah warga sejak pukul 23.00 WIB. Warga yang sebagian besar sudah tidur langsung tersadar dan berteriak membangunkan warga lain yang masih tertidur.

Hujan yang terus turun hingga pukul 2.00 WIB dinihari terus menambah debit air. Pihak PLN langsung sigap dan mematikan aliran listrik di kawasan tersebut.

"Seluruh warga sudah dievakuasi, tidak ada korban jiwa," ujar Kaswensi di Bengkulu.

Data yang dihimpun oleh perangkat RT sempat, selain satu unit mobil jenis sedan, banjir juga merendam puluhan sepeda motor, barang elektronik dan seluruh perabot di dalam rumah.

Warniwati, salah seorang warga terdampak banjir berharap kepada Pemerintah Kota Bengkulu untuk segera memperbaiki dan memperbesar saluran air. Hal itu penting agar mereka tidak lagi terendam banjir saat hujan datang.

"Ini yang kedua kali terjadi. Satu bulan lalu juga tergenang seperti ini, sudah menderita kami ini," kata Warniwati.

Sungai Sindur Meluap

Hujan lebat yang melanda wilayah Bengkulu pada Selasa (8/11) malam, membuat Sungai Sindur meluap dan merendam sebanyak 60 rumah warga di Desa Lawang Agung, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

"Ketinggian genangan air mencapai satu meter dan merendam puluhan rumah warga," kata Kepala Desa Lawang Agung, Kirman Efendi saat dihubungi dari Bengkulu, Rabu (9/11).

Kirman mengatakan saat ini warga korban banjir masih bertahan di rumah mereka dan berupaya menyelamatkan perabotan rumah tangga sehingga tidak rusak karena terendam air.

Perangkat desa masih mendata kepala keluarga yang menjadi korban banjir untuk diberikan bantuan logistik.

"Warga memilih bertahan di rumah mereka karena banjir masih bisa diatasi dan biasanya cepat surut asalkan hujan berhenti,� kata dia.

Luapan Sungai Sindur menjadi penyebab utama banjir yang rutin melanda wilayah itu bila hujan lebat turun. Pemerintah desa sudah mengusulkan pembangunan tebing sungai yang berjarak 50 meter dari permukiman warga untuk mengatasi banjir.

Sementara Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Edwar mengatakan sudah mendapat informasi banjir di Kecamatan Air Priukan itu.

"Informasi banjir di Seluma sudah diterima dan pagi ini tim berangkat ke lokasi untuk memberikan bantuan logistik," katanya.

Korban Banjir Aceh

Banjir di Aceh Jaya Putus Jembatan dan Isolasi 2.881 Jiwa
Hujan masih terus turun dengan intensitas sedang - tinggi di wilayah Kabupaten Aceh Jaya. (Dok. BNPB)

Masyarakat berhasil menemukan M.Yusuf (63) yang terseret arus banjir di kawasan pemukiman Desa Tanoh Manyang, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, Rabu (9/11/2016). Korban ditemukan pukul 08.10 WIB oleh masyarakat kurang lebih 500 meter dari lokasi kejadian.

"Dilaporkan ke tim SAR untuk evakuasi selanjutnya dibawa ke rumah duka," kata Koordinator Pos Search and Recue (SAR) Meulaboh, Dwi Hetno, dilansir Antara.

M.Yusuf hilang terseret banjir saat hendak pulang ke rumahnya pada Selasa sore 8 November 2016. Korban ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia.

Saat itu Basarnas bersama TNI dan Polri sedang berupaya keras mendatangi kawasan-kawasan terisolasi akibat terjangan luapan sungai akibat hujan dua hari berturut-turut.

"Kemudian untuk lima orang warga Aceh Barat yang sebelumnya dilaporkan terseret telah ditemukan selamat. Mereka adalah anak-anak yang terseret saat bermain air. Mereka diselamatkan oleh warga sekitar," kata Dwi.

Tiga orang anak yang terseret banjir diselamatkan adalah warga Desa Blang Cot Mameh, Kecamatan Woyla Barat, kemudian dua orang lagi adalah warga Desa Pleukung, Kecamatan Woyla Barat, keduanya ditemukan selamat karena berhasil merangkul dan memanjat pohon karet.

Sementara seorang korban lain atas nama Radiono (35) warga Desa Bakat Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat juga telah ditemukan dan telah dipulangkan oleh keluarga ke daerah asal Medan Sumatera Utara.

Sedangkan korban di Aceh Barat tidak masuk laporan ke Pos SAR Meulaboh. Korban meninggal dunia karena memiliki riwayat hidup memiliki gejala epilepsi (penyakit ayan). Korban meninggal dunia di dalam air yang tidak jauh dari lokasi rumahnya.

"Korban terakhir Radiono ini secara resmi belum masuk datanya ke Pos SAR Meulaboh, apalagi begitu ditemukan langsung dievakuasi warga sekitar. Tim kita masih dalam operasi penyelamatan evakuasi warga korban banjir," katanya menambahkan.

Banjir di Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya pada Senin 6/11) hingga hari ini sudah mulai kondusif. Warga yang terjebak banjir berhasil dievakuasi dari lokasi terisolasi oleh Basarnas gabungan.

Jalur lintas Meulaboh-Banda Aceh hanya tersisa beberapa tiitik badan jalan yang masih terendam banjir yang sudah bisa dilewati kendaraan roda empat.


6 Jembatan Jebol di Sukabumi

Rawan Banjir Rob, Warga Cianjur Diminta Jauhi Pantai
Gelombang tinggi akibat pasang air laut diperkirakan masih akan terjadi dalam waktu beberapa hari ke depan. (Achmad Sudarno/Liputan6.com)

Sebanyak enam jembatan penghubung antardesa dan dusun di dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, putus akibat diterjang banjir bandang yang terjadi pada Selasa 8 November 2016.

Catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menunjukkan tiga jembatan yang putus terletak di Kampung Poledang, Desa Mekarjaya dan Kampung Pasir buyung, Desa Nagrakjaya. Sementara tiga jembatan lainnya berada di Kecamatan Sagaranten.

"Saat ini kami masih dalam perjalanan menuju lokasi bencana tersebut bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo di Sukabumi, Rabu (9/11/2016), dilansir Antara.

Kepala Desa Nagrakjaya, Sugianto mengatakan akibat putusnya jembatan tersebut warga Dusun Cibitung, Desa Mekarjaya dan Dusun Bojongsawah, Desa Nagrakjaya kesulitan beraktivitas karena jembatan tersebut merupakan sarana utama warga untuk menyebrang.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga khawatir jika ada warga yang nekat menyebrangi sungai, khususnya pelajar yang bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan seperti hanyut atau terbawa arus sungai.

"Untuk sementara, kami membangun jembatan darurat dari bambu agar warga bisa menyebrangi sungai. Walaupun tidak ada korban pada peristiwa ini, kami berharap jembatan ini dibangun secara permanen," katanya. Budi Suyanto

Cianjur Siaga Banjir

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat, menetapkan sejumlah wilayah di Cianjur masuk dalam status siaga bencana banjir dan longsor.

"Meski surat keputusan masih belum diterima, namun sejak Oktober sampai Februari, status kebencanaan sudah menjadi siaga. Surat keputusan masih dalam proses penyusunan, tapi untuk keputusan secara lisan sudah ada," kata Kepala BPPBD Cianjur, Asep Suparman di Cianjur, Rabu (9/11/2016).

Dia menjelaskan, cuaca ekstrem akibat badai La Nina membuat kondisi Cianjur rentan terjadi bencana alam, bahkan setiap bulannya rata-rata terjadi lima sampai enam bencana alam, mulai dari banjir hingga longsor.

"Bencana alam di Cianjur antara lain banjir, longsor dan angin puting beliung. Bencana tersebut melanda sejumlah wilayah. Mayoritas bencana banjir dan longsor, sedangkan puting beliung tercatat beberapa kali. Untuk puting beliung hanya kerugian material, sedangkan longsoor dan banjir selain materi juga merenggut korban jiwa," katanya.

Sepanjang tahun 2016, tutur dia, tercatat penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dari 10 bencana menjadi lima sampai enam bencana per bulan. "Meskipun terjadi penurunan, kami selalu mengimbau warga yang tinggal di wilayah rawan bencana untuk selalu waspada karena bencana tidak dapat diprediksi," katanya.

Dia menambahkan, saat ini pihaknya terus berupaya mengantisipasi dengan melakukan pengembalian fungsi sungai dan penguatan struktur tanah. "Kami ajak warga agar tidak sembarangan membuat lahan pertanian, terutama di wilayah yang curam. Kami juga mengimbau agar saat melihat tanda bencana, segera mengungsi ke tempat aman," katanya.

Sementara itu, kata dia, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendataan terkait kerusakan yang disebabkan angin puting beliung di Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung. Catatan semenetara 4 rumah rusak berat dan 16 lainnya rusak ringan.

"Selain mengirimkan tim, kami sudah mengirimkan logistik ke lokasi, hingga saat ini masih dilakukan pendataan kerusakan yang disebabkan angin puting beliung yang melanda kawasan tersebut," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya