Siap-Siap, Sulut dan Gorontalo Krisis Listrik Selama Sepekan

Pembangunan kembali tower SUTT yang roboh membutuhkan waktu sekitar satu minggu.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 01 Des 2016, 20:44 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 20:44 WIB
Tower PLN roboh
Salah satu tower transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Gorontalo, roboh akibat tanah longsor. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Manado - Tak kurang dari lima ribu pelanggan PLN di wilayah Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorontalo mengalami krisis listrik selama seminggu ke depan. Kondisi ini menyusul robohnya tower transmisi di sekitar lokasi proyek pembangunan jalan Gorontalo Outer Ring Road (GORR).

Tower yang roboh itu nomor 6 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV dari Gardu Induk Isimu arah ke Gardu Induk Marisa. Sementara, pekerjaan pembangunan kembali tower ini membutuhkan waktu sekitar satu minggu.

"Artinya memang di area Manado, Gorontalo, dan Kotamobagu akan mengalami pemadaman secara bergilliran selama seminggu," ucap Pelaksana Harian General Manager PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo) Liasta Tarigan di Kota Manado, Kamis (1/12/2016) siang.

Liasta mengungkapkan, untuk pembangunan kembali tower yang roboh akibat longsor itu mereka harus mendatangkan bahan dari Makassar, Sulawesi Selatan, melalui jalur penerbangan.

"Biaya pengadaan tower hingga pekerjaan pembangunan menelan biaya sekitar Rp 900 juta. Tapi ini konsekuensi yang harus ditanggung PLN," ujar dia sembari menambahkan, akibat robohnya tower itu sistem mengalami defisit lebih dari 50 MW.

Manager Area Pengatur Distribusi PLN Suluttenggo, BX Wahyu Catur, mengatakan, secara detailnya dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi sistem adalah pada siang hari daya mampu adalah 275,96 MW. Sedangkan beban puncak mencapai 295,3 MW.

"Artinya ada defisit 19,34 MW. Langkah yang akan diambil adalah optimalisasi padam dengan melakukan pemeliharaan penyulang seperti pemangkasan, perbaikan konstruksi, dan uprating. Selain itu adalah melakukan pemadaman bergilir, jika optimalisasi padam untuk pemeliharaan masih kurang," Wahyu memaparkan.

Wahyu menambahkan, pada malam hari kondisi sistem dengan daya mampu mencapai 311,96 MW, sedangkan beban puncak 351,4 MW. Alhasil terjadi defisit 39,44 MW.

"Langkah yang kami lakukan adalah pemadaman pelanggan khusus sebesar 19 MW, pemadaman pada penyulang industri lebih kurang 8,5 MW dan pemadaman pelanggan umum dalam hal ini warga sebesar 11,94 MW," Wahyu menuturkan.

Ia menambahkan, estimasi kuota pemadaman terbagi tiga untuk area Manado sebesar 50 persen, Gorontalo 35 persen, dan Kotamobagu 15 persen.

Manajer PLN Area Manado, Poultje Mangundap menjabarkan, kalkulasi 11,94 MW itu bila diperkirakan rata-rata mencapai 5 ribu pelanggan umum yang tersebar di arena Manado, Kotamobagu, dan Gorontalo.

"Lima ribu pelanggan ini yang terdampak pemadaman bergilir. Kalau dipersentasekan, maka sekitar 2.500 pelanggan di Manado yang mengalami krisis listrik. Sisanya berada di Kotamobagu dan Gorontalo," ujar Poultje.

Poultje menambahkan, untuk pelanggan khusus dan industri pihaknya sudah melayangkan surat permohonan agar mereka menyiapkan genset untuk menanggulangi krisis listrik selama lebih kurang seminggu tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya