Liputan6.com, Jambi - Bagi beberapa petualang dan penjelajah nama Danau Kaco sudah awam sebagai salah satu destinasi menarik. Danau yang dikenal sebagai percikan "air surga" ini berada di Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Danau Kaco atau dalam bahasa Indonesia disebut danau kaca merupakan satu dari lima danau yang ada di Desa Lempur. Sesuai namanya, airnya jernih tembus pandang layaknya kaca. Gerombolan ikan kecil terlihat jelas berseliweran di balik birunya air danau.
Terletak di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Danau Kaco berada di ketinggian sekitar 1.289 meter di atas permukaan laut (mdpl). Konon, kedalaman danau dengan luas kurang lebih 30 x 30 meter ini belum diketahui secara pasti.
Advertisement
Baca Juga
Ikbal (35), salah seorang tokoh pemuda Desa Lempur mengatakan, banyak wisatawan sengaja datang mendirikan tenda untuk menikmati keindahan danau khususnya di malam hari.
"Karena di saat gelap itulah, air danau terlihat bersinar terang kebiruan. Apalagi di kala bulan purnama," kata Ikbal akhir Oktober 2016 lalu.
Kisah Putri Raja Gagak
Keunikan dari danau ini adalah terdapat spesies ikan semah yang tidak bisa didapati di empat danau lainnya di Desa Lempur. Oleh masyarakat Jambi, khususnya Kerinci, ikan semah dikenal sebagai ikan enak dan mahal. Bahkan sisik ikan semah pun bisa dimakan.
"Di Malaysia ikan semah sampai Rp 700 ribu per kilogram," ucap Ikbal.
Namun, jangan harap bisa menikmati atau mengambil ikan semah di Danau Kaco. Bila kedapatan akan dikenakan sanksi adat.
Meski terlihat eksotis nan asri, Danau Kaco ternyata menyimpan kisah sedih. Menurut Ikbal, dari penuturan warga secara turun-temurun, terbentuknya Danau Kaco bermula dari sebuah cerita percintaan nan memilukan.
Alkisah, terdapat seorang putri dari Raja Gagak yang terkenal cantik memesona. Karena kecantikan dan keanggunan sang putri, maka banyak pemuda dari seantero Kerinci ingin meminang putri Raja Gagak itu.
Namun karena ketamakannya, Raja Gagak banyak meminta berbagai macam harta pinangan dari setiap pemuda yang ingin melamar putrinya. Mulai dari batu mulia, emas, berlian, intan permata semua dikumpulkan.
Karena keserakahan itu, menyebabkan sang putri ikut ternoda dan akhirnya dibenamkan ke dalam danau beserta seluruh harta pinangan yang dikumpulkan Raja Gagak.
"Cerita mitos ini sudah turun temurun. Karena pancaran harta pinangan itulah menyebabkan danau kaco selalu bersinar terang," ujar Ikbal.
Wisata Unggulan
Karena keunikan dan terjaganya adat budaya masyarakat Lempur, menjadikan desa ini dijadikan sebagai desa wisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi sejak beberapa tahun terakhir.
Selain Danau Kaco, empat danau lainnya adalah Danau Lingkat, Danau Nyalo, Danau Duo, Danau Kecik. Kelima danau ini memiliki keunikan dan warna berbeda-beda.
Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi, Guntur Meydan mengatakan, desa yang berada di bawah kaki Gunung Betuah ini juga memiliki hutan adat khusus yang bahkan sudah meraih penghargaan lingkungan hidup Kalpataru 2015 lalu.
"Warga Desa Lempur adalah melayu potro atau melayu tua yang masih mempertahankan budaya lokal dan juga ramah dalam melayani tamu," kata Guntur, pertengahan November 2016.
Desa Lempur berjarak kurang lebih 45 kilometer dari Kota Sungai Penuh. Untuk sampai ke Kota Sungai Penuh bisa ditempuh dari Kota Jambi maupun dari Kota Padang, Sumatra Barat. Khusus dari Kota Jambi bisa ditempuh melalui jalur udara sekitar 30 menit penerbangan.