Kabupaten Tuban Alami Banjir Terparah dalam 7 Tahun Terakhir

Tinggi Muka Air Bengawan Solo di wilayah Tuban mencapai 8,10 phielschaal. Ini bencana banjir terparah dalam kurun waktu 7 tahun terakhir.

oleh Zainul Arifin diperbarui 02 Des 2016, 21:19 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 21:19 WIB
Kabupaten Tuban Alami Banjir Terparah dalam 7 Tahun Terakhir
(@BPBDTuban) Petugas BPBD Kabupaten Tuban mengevakuasi warga terdampak banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo

Liputan6.com, Tuban - Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo merendam ribuan rumah warga di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban menyebut banjir kali ini adalah yang terparah dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.

Kepala BPBD Tuban, Joko Ludiono mengatakan, saat ini Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Bengawan Solo dipantau dari Pintu Air Babat, Lamongan setinggi 8,61 phielschaal.

"Banjir tertinggi terakhir kali terjadi pada tahun 2008 saat ada tanggul yang jebol, saat itu TMA di posisi 8,10 phielschaal. Jadi, tahun ini tertinggi," urai Joko dikonfirmasi di Tuban, Jumat (2/12/2016).

Kondisi itu diperparah dengan ada 25 kilometer bantaran Sungai Bengawan Solo tak dilindungi oleh tanggul sejak dahulu kala. Kabupaten Tuban telah menetapkan Siaga Level III atau Siaga Merah sejak tiga hari terakhir.

"Ada satu atau dua desa yang sampai terisolasi karena terdampak langsung. Wilayah kami ini karakteristiknya banjir kiriman dari hulu di Solo Jawa Tengah," Joko memaparkan.

Berdasarkan data BPBD Tuban, sedikitnya 5.672 kepala keluarga (KK) atau 18.425 jiwa terdampak banjir ini. Wilayah yang terendam banjir di Kecamatan Parengan, Lumpang dan Widang dengan ketinggian air antara 30-50 sentimeter. Serta di Kecamatan Suko dan Rengel direndam air setinggi 70-100 cm.

Luapan Sungai Bengawan Solo juga merendam jalan sepanjang 67.565 meter, tiga jembatan, 28 sekolah, delapan masjid, 20 musala, 2.262 hektare sawah, 322 hektare lahan perkebunan, dan 25 hektare tambak.

Meski demikian, sampai saat ini di Tuban hanya ada 20 kepala keluarga yang terpaksa mengungsi. Sedangkan warga lain memilih bertahan lantaran merasa sudah terbiasa dengan banjir tiap tahunnya. Warga sudah tahu kapan saatnya mengungsi.

"Hanya sedikit yang memilih mengungsi, karena sebagian besar warga sudah bisa beradaptasi dengan kondisi banjir rutin tiap tahun," tutur Joko.

Sementara itu, TMA Sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Bojonegoro sudah mulai menyusut. Pada sore tadi TMA setinggi 15,06 phielschaal turun dari sebelumnya setinggi 15,18 phielschaal.

"Semoga cuaca terus membaik jadi TMA tak lagi naik. Sejauh ini baik, tak ada tambahan warga yang harus mengungsi," kata Joko Lukito selaku Incident Commander Bencana Banjir Bojonegoro.

Di Kabupaten Bojonegoro, luapan air Sungai Bengawan Solo merendam sedikitnya 5.500 rumah warga yang tersebar di 60 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Dari korban terdampak banjir itu, sekitar 1.101 warga terpaksa mengungsi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya