Liputan6.com, Jakarta Kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, menjadi salah satu kisah teladan dalam Islam. Dalam sebuah peristiwa, Nabi Ibrahim memerintahkan Ismail untuk menceraikan istrinya. Perintah ini bukan tanpa alasan, melainkan berdasarkan hikmah besar yang menjadi pelajaran keluarga.
Baca Juga
Melansir dari laman Islamqa Peristiwa ini terjadi di Mekkah setelah Ismail menikah dan hidup bersama istrinya. Nabi Ibrahim datang mengunjungi rumah Ismail, tetapi sang putra tidak berada di tempat. Ketika berbincang dengan istri Ismail, Nabi Ibrahim mendapatkan jawaban yang membuatnya memberikan sebuah pesan tersirat.
Advertisement
Ismail yang kemudian mendengar pesan dari ayahnya memahami maksudnya dengan jelas. Nabi Ibrahim menggunakan kata-kata metafora untuk menyampaikan perintahnya, menyebut "pintu rumah" sebagai simbol bagi istrinya.
Setelah memahami makna pesan itu, Ismail langsung menjalankan perintah untuk cerai sesuai arahan ayahnya. Berikut kisahnya dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (12/3/2025).
Isyaratkan Istri dengan Pintu Rumah
Nabi Ibrahim datang ke Mekkah untuk mengunjungi putranya setelah sekian lama berpisah. Setibanya di rumah Ismail, ia mendapati hanya istri putranya yang berada di rumah. Ia pun menanyakan kondisi kehidupan mereka dan mendengar keluhan dari menantunya.Dikutip dari Rumaysho, Setelah berbincang, Nabi Ibrahim tidak langsung memberi perintah tegas, melainkan menitipkan pesan metaforis.
“Sampaikan kepada suamimu agar mengganti palang pintu rumahnya,” ujar Nabi Ibrahim.
Pesan ini mengandung makna bahwa Ismail perlu mengganti istrinya. Ketika Ismail kembali dan mendengar pesan itu, ia segera memahami maksudnya.
“Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya.
Advertisement
Alasan Nabi Ibrahim Memerintahkan Ismail Menceraikan Istrinya
Perintah Nabi Ibrahim kepada Ismail untuk cerai bukan tanpa alasan. Ketika Nabi Ibrahim berkunjung ke rumah Ismail, ia menanyakan kabar kehidupan keluarga putranya. Namun, istri Ismail menjawab dengan keluhan tentang kesulitan hidup yang mereka alami.
Mendengar jawaban itu, Nabi Ibrahim merasa bahwa menantunya bukan wanita yang bersyukur. Sebagai seorang nabi, ia memahami bahwa sikap istri sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga. Pesan tersirat pun diberikan kepada Ismail untuk mengganti “pintu rumahnya.”
Dikutip dari Islamqa, Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa istilah “pintu rumah” merupakan metafora bagi seorang istri. Wanita dalam rumah tangga berperan menjaga kehormatan keluarga dan kestabilan rumah. Karena itu, Nabi Ibrahim meminta Ismail berpisah demi kebaikan masa depan putranya.
Ismail Menikah Lagi dengan Wanita Salihah
Setelah menceraikan istrinya, Ismail menikah lagi dengan wanita yang lebih baik. Nabi Ibrahim kembali mengunjungi putranya setelah beberapa waktu dan mendapati bahwa Ismail telah berumah tangga dengan istri baru.
Kali ini, jawaban yang diberikan oleh menantu Nabi Ibrahim berbeda dari sebelumnya.Ketika Nabi Ibrahim bertanya tentang kehidupan mereka, istri baru Ismail menjawab dengan penuh rasa syukur. Ia memuji nikmat Allah, menyebut bahwa kehidupan mereka baik dan penuh keberkahan. Mend
“Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup.” Istri Ismail juga memuji Allah.
gar jawaban itu, Nabi Ibrahim memberikan pesan kepada Ismail bahwa palang pintu rumahnya kini telah kokoh dan tidak perlu diganti.
Advertisement
Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Rumah Tangga
Kisah ini memberikan banyak hikmah dalam kehidupan berkeluarga. Pertama, istri yang bersyukur akan membawa keberkahan bagi rumah tangganya. Nabi Ibrahim menilai bahwa seorang istri yang mudah mengeluh bisa mempengaruhi keharmonisan keluarga.
Kedua, seorang anak harus tetap mendengarkan dan mempertimbangkan nasihat orang tua. Ismail menunjukkan keteladanan dengan menaati perintah ayahnya meskipun itu menyangkut rumah tangganya. Sikap ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada orang tua adalah hal yang penting dalam Islam.
Ketiga, kebijaksanaan dalam menyampaikan nasihat adalah hal yang utama. Nabi Ibrahim tidak langsung menyuruh Ismail cerai, tetapi menggunakan kalimat tersirat. Cara ini mengajarkan bahwa dalam menasihati seseorang, kebijaksanaan dalam memilih kata sangatlah penting.
Hadits Shahih dan Rujukan Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail
Kisah ini diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan disebutkan dalam beberapa tafsir Al-Qur’an. Hadits tentang kunjungan Nabi Ibrahim ini mencatat peristiwa penting dalam kehidupan keluarga Ismail. Keputusan cerai yang diambil bukan semata-mata atas dasar perasaan, tetapi karena pertimbangan besar.
Dalam hadits disebutkan:
"Wahai Ismail, sesungguhnya aku diperintahkan oleh Rabbku untuk menceraikan istrimu. Maka gantilah palang pintu rumahmu." (HR. Bukhari)
Allah juga memberikan rincian kisah ini dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surat Ibrahim ayat 37-40. Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya di Mekkah, kemudian kembali saat Ismail telah dewasa. Peristiwa ini menjadi bagian dari perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim yang penuh hikmah.
Advertisement
