Tabrakan Maut di Laut, Kapal Nelayan dan Nakhodanya 'Menghilang'

Usai tabrakan maut itu, hanya terdengar suara tiga anak buah kapal tanpa kapal dan nakhoda di sekitar mereka.

oleh Nefri Inge diperbarui 10 Feb 2017, 20:51 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2017, 20:51 WIB
Kapal tongkang TB Santika 88 yang menabrak kapal nelayan hingga karam (Liputan6.com/Nefri Inge)
Kapal tongkang TB Santika 88 yang menabrak kapal nelayan hingga karam (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Tabrakan maut antara kapal tongkang TB Santika 88 dan kapal nelayan terjadi di perairan Sei Semilang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Kamis sore, 9 Februari 2017. Kecelakaan air yang terjadi pada pukul 03.15 WIB itu membuat kapal nelayan dan nakhodanya ‘menghilang’ tanpa jejak.

Menurut Kapolres Banyuasin AKBP Andri Sumardani, kapal tongkang TB Santika 88 yang dinakhodai perwira jaga mualim II itu berlayar dari perairan Jambi menuju perairan Palembang. Saat melintas di Tempat Kejadian Lokasi (TKP), cuaca mendung dengan angin yang kencang.

Kondisi diperparah dengan tingginya ombak hingga 1,5 meter dari lambung kiri kapal. "Dalam kondisi ini, nahkoda tidak melihat ada kapal nelayan yang melintasi daerah tersebut," ujar Andri kepada Liputan6.com, Jumat (10/2/2017).

Tak lama kemudian, kru TB Santika 88 melaporkan ke nakhoda kapal melalui radio UHF jika mereka mendengar suara orang berteriak meminta tolong. Untuk memastikan kebenarannya, perwira jaga langsung menghidupkan alarm dan kapal dialihkan ke nakhoda Kartosom.

Kapal pun diarahkan untuk mencari sumber suara, dan di perairan tersebut ditemukan tiga orang pria yang berenang dan melambaikan tangan. Para kru kapal langsung mengevakuasi ketiga pria tersebut.

"Tiga orang pria tersebut ternyata penumpang motor nelayan yang ditabrak kapal tongkang dan berhasil selamat," ujar Andri.

Motor nelayan yang tertabrak langsung karam di laut dan menghilang, sedangkan nakhoda motor nelayan bernama Ajedan juga tidak ditemukan.

Para kru Kapal TB Santika 88 berusaha mencari kapal nelayan beserta nakhodanya, tapi tak menemukan hasil. Akhirnya, mereka memilih membawa korban yang selamat ke Mako Direktorat Polair Sumsel dan melaporkan kejadian tersebut.

Dirpolair Polda Sumsel lalu mengerahkan 13 personel dibantu dengan enam personel Satpolair Banyuasin, menggunakan satu unit kapal Dit Polair dan tiga unit Speed Boat 40 PK. Namun karena kondisi cuaca yang buruk dan gelombang yang tinggi, pencarian nakhoda beserta kapalnya dihentikan sementara.

Tiga orang korban yang selamat tersebut adalah Deni (31), Riki (14) dan Ipan (13). Ketiga korban tersebut berprofesi sebagai Anak Buah Kapal (ABK) dan tercatat sebagai warga Lorong Pundak II Kecamatan Sungsang 2 , Kabupaten Banyuasin, Sumsel.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya