Masuk Ramadan, Riau Mulai Dibayangi Kebakaran Hutan dan Lahan

Setidaknya ada empat titik panas yang tersebar di empat kabupaten di Riau.

oleh M Syukur diperbarui 30 Mei 2017, 14:31 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2017, 14:31 WIB
Masuk Ramadan, Riau Mulai Dibayangi Kebakaran Hutan dan Lahan
Setidaknya ada empat titik panas yang tersebar di empat kabupaten di Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Provinsi Riau mulai dibayangi bencana kabut asap seiring masuknya musim kemarau pada akhir Mei atau awal Ramadan ini. Titik panas sebagai indikasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan mulai bermunculan, sebagiannya dinyatakan sebagai titik api.

Tidak ingin kecolongan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Provinsi Riau dan pihak terkait mulai mengerahkan lima unit pesawat untuk pemadaman udara atau water bombing.

"Semuanya disiagakan di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru‎," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger, Senin siang, 29 Mei 2017.

Edwar menyebut, helikopter itu bernomor VN-8427, 8428, serta UR-CMT, CMJ dan helikopter dengan daya angkut air besar, Sikorsky. Jumlah itu belum termasuk bantuan dari TNI AU di Lanud Roesmin Nurjadin yang mengerahkan helikopter jenis Puma.

Heli terakhir untuk memantau kebakaran dari udara, selanjutnya melaporkan ke Posko Satgas Siaga Karhutla Riau di Lanud Roesmin. Dari lokasi itu akan dikerahkan helikopter yang ada untuk melakukan water bombing dan dikerahkan pula petugas darat.

"Mudah-mudahan dengan adanya helikopter ini, Riau bisa bebas bencana kabut asap. Dan kebakaran cepat ditanggulangi petugas," kata mantan Penjabat Wali Kota Pekanbaru itu.

Edwar menyebutkan, Riau mulai memasuki musim kemarau yang bisa memicu kekeringan lahan pada awal Juni. Kondisi ini mempermudah munculnya titik api sehingga diperlukan tindakan pencegahan lebih awal.

"Perlu kewaspadaan dari semua pihak karena Riau berstatus siaga Karhutla sampai 30 November mendatang," ujar Edwar.

Terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut sejak Januari hingga Mei 2017 sudah 336,20 hektare lahan. Jumlah itu diprediksi bertambah karena titik panas mulai bermunculan di Riau dan Sumatera pada umumnya.

Sutopo menyebut sebagian kecil wilayah selatan Riau masuk dalam kategori tidak mudah terbakar. Sisanya sangat mudah terbakar sehingga perlu menjadi perhatian khusus supaya kebakaran tidak meluas dan menimbulkan bencana asap.

"Namun pada umumnya, wilayah Riau berada dalam kategori aman," kata Sutopo dalam keterangan tertulis.

Sutopo menyebut pada Minggu, 28 Mei 2017, terpantau empat titik panas di Riau yang tersebar di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak dua titik, Kampar satu titik dan Kuantan Singingi satu titik. Kebakaran itu belum berpengaruh pada kualitas udara karena skalanya masih kecil.

"Untuk memadamkannya, dikerahkan tiga helikopter dan melakukan 169 kali water bombing," ujar Sutopo.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya