Marak Gerobak Kayu Pemburu THR Lebaran di Palembang

Seminggu terakhir, Palembang diramaikan dengan kehadiran para pemilik gerobak kayu pemburu THR Lebaran.

oleh Nefri Inge diperbarui 24 Jun 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2017, 19:00 WIB
gerobak Pemburu THR Lebaran
Seminggu terakhir, Palembang diramaikan dengan kehadiran para pemilik gerobak kayu pemburu THR Lebaran.(Liputan6.com/Nefri Inge).

Liputan6.com, Palembang - Tradisi membagikan Tunjangan Hari Raya (THR) jelang lebaran Idhul Fitri sepertinya dimanfaatkan oleh sebagian warga Palembang.

Sekitar satu minggu terakhir, Palembang diramaikan dengan kehadiran para pemilik gerobak kayu di pinggiran Jalan POM IX, Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Para pemilik gerobak kayu dengan penampilan lusuh dan pakaian yang kotor terkesan sengaja memarkirkan gerobak kayunya di jalan. Terlebih kawasan tersebut merupakan perlintasan kendaraan menuju ke beberapa pusat perbelanjaan terbesar di Palembang.

Tidak hanya sendirian, pemilik gerobak kayu yang kebanyakan laki-laki biasanya mengajak serta istri dan anaknya yang kecil. Bahkan, mereka rela tidur diatas gerobak dari pagi hingga menjelang waktu berbuka puasa.

Meskipun jumlahnya hanya segelintir, namun keberadaan mereka cukup mencolok dan menarik perhatian para warga yang beraktifitas di kawasan tersebut.

Karena kawasan tersebut merupakan area bebas Pedagang Kaki Lima (PKL) dan kawasan perkantoran instansi pemerintah.

Dari hasil pantauan, sejak pukul 07.00 WIB sudah ada satu pemilik gerobak kayu yang memarkirkan gerobaknya tepat di depan kantor DPRD Sumsel dan salah satu mal besar Palembang.

Ahmad (45), pemilik gerobak kayu tersebut ditemani anak perempuannya, Selvi (5) yang duduk di atas gerobak. Penampilan Ahmad terbilang kumuh, karena pakaian kemeja putih yang dikenakannya sudah berubah warna menjadi kecokelatan.

Ayah empat anak ini terlihat mendekati kolam air mancur di pinggir trotoar dan membasuh mukanya. Bersama sang anak, Ahmad lalu kembali lagi ke gerobaknya dan membopong anaknya naik ke atas gerobak.

Sang anak yang terlihat kelaparan, langsung membuka nasi bungkus dan memakannya dengan lahap. Walau tubuh sang anak yang juga kumuh, namun Selvi tetap menikmati suapan demi suapan nasi dari tangan mungilnya.

Ahmad yang bekerja sebagai pemulung barang bekas mengelak jika dikatakan sengaja memarkirkan gerobaknya untuk mencari simpati dari para warga setempat. Khususnya untuk mendapatkan THR Lebaran.

Ia mengatakan bahwa dari kemarin dirinya sudah mengelilingi kota Palembang untuk mengumpulkan kardus dan botol plastik untuk dijual.

"Saya sering lewat sini, tapi baru kali ini saya bermalam di jalan. Biasanya langsung pulang kerumah di Jakabaring. Karena kecapaian saja, jadi tidak pulang kerumah," ujarnya kepada Liputan6.com, Sabtu (24/6/2017).

Ahmad sengaja membawa Selvi turut serta bekerja dengannya, karena anak bungsunya ini tidak mau ikut dengan sang istri, Tina, yang juga memulung barang bekas.

Uang Tambahan

Seminggu terakhir, Palembang diramaikan dengan kehadiran para pemilik gerobak kayu pemburu THR Lebaran.(Liputan6.com/Nefri Inge).
gerobak Pemburu THR Lebaran

Kendati mengelak sengaja memarkirkan gerobak kayunya di kawasan tersebut, namun Ahmad mengaku beberapa hari ini anaknya sering mendapatkan uang THR dari warga yang lewat.

"Yang dikasih bukan saya, tapi anak saya, mungkin mereka kasihan lihat anak saya," katanya.

Dalam sehari, sang anak bisa mengantongi total uang Rp 50.000 bahkan lebih dari belas kasihan para warga sekitar. Uang tersebut menurutnya setara dengan penjualan kardus dan botol plastik seharian.

Saat salah satu warga yang melintas memberikan uang kepada Ahmad, secara spontan sang anak yang sedang makan langsung mengulurkan tangan kirinya untuk meraih uang tersebut. Selvi terlihat tidak mau saat menggapai lembaran uang sumbangan yang diberikan ke tangan ayahnya.

Kemiskinan diduga membuat Ahmad rela menjadi pemburu THR di pinggir jalan. Pekerjaannya sebagai pemungut barang bekas ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Bahkan anak pertamanya harus putus sekolah saat akan memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Kini, anak sulungnya membantunya bekerja sebagai kuli penjual ikan di pasar tradisional.

"Waktu masuk SMA harus menyiapkan uang Rp 2 Juta. Saya bilang ke anak saya, darimana saya dapat uang segitu banyak. Akhirnya anak saya putus sekolah," ungkapnya.

Kegigihan Ahmad mengumpulkan barang bekas patut diacungkan jempol. Tanpa alas kaki, dirinya tetap kuat menarik gerobak kayu menuju ke berbagai penjuru kota Palembang, bahkan hingga ke perbatasan Kabupaten Banyuasin.

Efi (28), warga Kecamatan Ilir Timur 2 Palembang mengatakan dirinya baru kali ini melihat beberapa gerobak kayu yang terparkir di kawasan mal di Jalan POM IX Palembang.

"Saya sering ke mal ini, tapi tidak pernah melihat ada gerobak kayu yang berhenti disini. Makanya bingung, mengapa tiba-tiba ramai, terlebih jelang lebaran," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya