Apakah Beda Matahari Pagi di Bromo dan Borobudur?

Matahari pagi memberi sensasi hingga menjadi jualan utama sejumlah destinasi.

oleh Harun Mahbub diperbarui 10 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 06:00 WIB
Matahari Pagi Borobudur
Pemandangan matahari terbit di kawasan Bromo (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Liputan6.com, Jakarta - Matahari pagi masih dinanti. Momen terbitnya matahari bahkan menjadi daya tarik utama sejumlah destinasi. Pengelola sejumlah tempat wisata menawarkan momen menunggu matahari terbit (sunrise) di pagi hari.

Dari pantauan Liputan6.com pada awal Juli 2017, sejumlah tempat wisata di Jawa Tengah hingga Jawa Timur dipadati para pemburu matahari pagi. Lokasi itu mulai dari yang klasik kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur hingga sekitar Candi Borobudur, Jawa Tengah, dan destinasi baru.

Di kawasan Gunung Bromo, menunggu matahari terbit adalah tujuan pertama paket wisata ke Bromo. Sebelum berkeliling ke berbagai titik di Bromo, para pengunjung akan berburu matahari terbit. Pola ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan bertahan hingga kini.

Titik menunggu matahari terbit di Bromo adalah di Penanjakan. Pada pukul 03.00 WIB, daerah Penanjakan sudah dipadati orang-orang. Mereka rela melawan hawa dingin demi menyaksikan terbitnya matahari. Ada beberapa bukit di sini yang memungkinkan pengunjung menyaksikan kombinasi pemandangan matahari terbit dan lanskap kawasan Bromo yang indah.

Dari titik pemberhentian jip pengantar, para wisatawan jalan kaki ke atas bukit. Di atas bukit itu sudah banyak orang berkerumun di sudut-sudut kosong, mengisi waktu menunggu pagi. Mulai sekitar pukul 05.00, mereka mencari titik dengan pemandangan lepas. Kamera-kamera disiapkan, tongsis disiagakan.

Semburat merah kian jelas seiring menggeliatnya matahari. Cipratan cahaya matahari itu membiaskan lukisan alam: awan berarak, lembah, gunung, dan kabut. Seperti lukisan. Pergerakan semburat merah hingga berujung pada bola merah matahari pagi berlangsung sekitar setengah jam.

"Luar biasa indahnya, Alhamdulillah matahari masih terbit dari timur," kata Isminarti (60), seorang pengunjung dari Malang.

Pemandangan matahari terbit di kawasan Bromo (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Menyaksikan matahari terbit adalah awal petualangan di sekitar Bromo. Saat hari sudah terang, para pengunjung bergerak turun ke arah kawah. Dari titik pemberhentian jip , menuju ke bibir kawah harus melewati hamparan pasir, biasa disebut Segara Wedhi atau lautan pasir. Perjalanan bisa dilanjutkan dengan jalan kaki atau naik kuda sewaan.

Dari pinggir kawah kita bisa menyaksikan pemandangan yang indah dan menggetarkan. Di bawah sana tampak asap mengepul dari dasar kawah, diiringi suara menderu kawah yang bergolak.

Selepas dari area kawah, jika masih kuat, masih banyak titik-titik keren bak studio foto seperti padang terbuka dan kaki puncak gunung-gunung kecil sisa ledakan besar dahulu kala. Di sini matahari sudah menyengat.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Matahari dan Candi

Matahari Pagi Borobudur
Pemandangan matahari terbit dari Punthuk Setumbu dekat Borobudur (Liputan6.com / Fajar Abrori)

Sensasi matahari terbit tak hanya di Bromo. Nun di sisi barat, di Jawa Tengah, banyak orang juga berburu matahari pagi di seputar Candi Borobudur. Ada paket khusus menyaksikan matahari terbit, juga tenggelam, di kawasan candi. Pemandangan matahari yang berpadu dengan siluet candi niscaya menghadirkan sensasi tersendiri. Namun paket ini relatif mahal.

Pemandangan matahari terbit juga tersedia di bukit-bukit sekitar Borobudur. Biayanya relatif murah, di bukit Punthuk Setumbu misalnya, cukup membayar tiket masuk Rp 15 ribu dan parkir Rp5.000. Pemandangan matahari pagi dari bukit ini sempurna dengan tambahan bayang-bayang candi.

Bukit Punthuk Setumbu kian populer setelah menjadi salah satu lokasi di film AADC2. Maka setiap pagi hari bukit di seberang Candi Borobudur itu pun sudah riuh oleh para pemburu matahari.

"Dulu yang cari sunrise kebanyakan turis-turis asing, kini setelah populer lebih banyak turis lokal," kata Fajar, warga setempat.

Pemandangan matahari terbit di kawasan Borobudur (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Seperti juga di Bromo, orang-orang sudah naik bukit Punthuk Setumbu sejak hari belum terang. Mereka berebut ambil posisi terbaik untuk menyaksikan dan merekam pecahnya matahari.

Kala saatnya tiba, terbentanglah pemandangan indah. Matahari pagi menembus kabut membiaskan bayang-banyak hamparan pegunungan, lembah, dan candi yang legendaris, Borobudur.

Puas menyaksikan matahari pagi dan candi dari kejauhan, piknik di sini biasanya berlanjut ke Rumah Doa Bukit Rhema. Sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi semua penganut agama. Jadi terkenal karena juga ada di AADC2, tempat ibadah ini lebih populer dengan sebutan Gereja Ayam.

Rumah doa ini rencana awalnya untuk gereja. Bentuk bangunannya seperti ayam sedang mengerami telur. Dari keterangan di ruangan dalam bangunan, sebenarnya bentuk bangunan yang diinginkan adalah Burung Merpati, bukan ayam. Namun orang pada umumnya menilai berbentuk ayam, maka jadi populer dengan sebutan Gereja Ayam.

Dari Punthuk Setumbu ke Gereja Ayam tinggal turun bukit saja. Masalahnya ketika hendak balik, pengunjung harus naik bukit kembali ke Punthuk Setumbu, selanjutnya turun ke area parkir. Jika tak ingin capek, bisa naik ojek dari gereja ke parkiran Punthuk Setumbu.

Matahari Memiuh Kabut

Matahari Pagi Panguk
Pemandangan matahari terbit di kawasan Mangunan Yogyakarta (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Dari Bromo ke Borobudur, banyak tempat-tempat lain untuk menunggu berwisata matahari pagi. Di Yogyakarta, salah satu tempat semacam ini adalah Kawasan Mangunan, Bantul, Yogyakarta. Di selatan Kota Yogyakarta ini ada beberapa titik yang jadi lokasi menyaksikan matahari pagi, seperti Kebun Buah Mangunan dan Bukit Panguk. Dua tempat ini masih satu kawasan.

Apa yang beda dari matahari pagi di sini? Tentu sama saja di manapun, baik di Bromo, Borobudur, atau di Mangunan. Yang berbeda adalah lansekap pemandangan yang tersaji.

Pemandangan di kawasan Mangunan ini adalah kombinasi matahari yang dibingkai pemandangan bukit, sungai, dan kabut yang berarak di kaki-kaki bukit.

Para pemburu sunrise di Bukit Panguk (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Destinasi di sekitar daerah Mangunan ini baru ramai sekitar setahun terakhir. Awalnya hanya bukit-bukit biasa dengan semak-semak dan pepohonan liar. Syahdan potensi keindahan kawasan ini terendus sejumlah mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata.

"Bukit-bukit kemudian dirapikan dan dibangun titik-titik untuk foto," kata Iin, seorang warga yang menjadi pemandu wisata kawasan ini.

Selanjutnya kian banyak orang-orang berdatangan, selfie, dan dipamerkan di akun Instagram-nya, hingga tersebar lah berita keindahan pemandangan ini. Makin banyak orang-orang berdatangan, makin ramailah tempat ini menjadi salah satu lokasi favorit menanti matahari pagi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya