Tugu Kerukunan dan Pagi di Bukit Kasih Kanonang

Jika berkunjung ke sini, sebaiknya selepas subuh untuk melihat detik-detik matahari terbit dari balik perbukitan.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 04 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2017, 06:00 WIB
Bukit Kasih Kanonang
Jika berkunjung ke sini, sebaiknya selepas Subuh untuk melihat detik-detik matahari terbit dari balik perbukitan. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun).

Liputan6.com, Minahasa - Menikmati pagi hari di wilayah Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, rasanya belum lengkap jika belum berkunjung ke kawasan yang satu ini. Suasana alam pedesaan dengan hamparan pepohonan yang menghiasi perbukitan menambah keindahan Bukit Kasih Kanonang.

"Kita masih bisa mendengar kicauan burung, melihat dedaunan yang masih basah diselimuti embun. Ini lokasi wisata yang murah, mudah dijangkau dan menawarkan wisata alam yang indah," ucap Widya Warokka, warga Kelurahan Kinali, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Senin 3 Juli 2017.

Widya memang hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit dari rumahnya untuk bisa mencapai Bukit Kasih Kanonang. Kawasan wisata alam bernuansa religi ini terletak di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan.

Dari Kota Manado menggunakan kendaraan bermotor dibutuhkan waktu 90 menit dengan menempuh jarak 60 Kilometer untuk bisa tiba di kawasan wisata yang dibangun saat era paman Angelina Sondakh, yakni Adolf Sondakh menjabat Gubernur Sulut tersebut.  

Jika berkunjung ke sini, sebaiknya Anda datang sebelum matahari terbit. Sebab, di pagi hari di akan terlihat bagaimana indahnya matahari pagi muncul dari balik perbukitan.

"Selain itu juga udara masih sejuk, sehingga kita bisa berjalan keliling perbukitan ini," ujar Widya.

Untuk bisa menyusuri seluruh area objek wisata ini dibutuhkan stamina yang prima. Apalagi jika matahari sedang 'semangatnya' menyinari perbukitan, membuat wisatawan mudah haus.

Setelah menaiki tangga masuk, pengunjung akan menemukan sebuah monumen kerukunan yang menggambarkan toleransi umat keragaman di Sulut. Selanjutnya, perjalanan mendaki bukit dimulai, melalui sisi kiri punggung bukit.

Ada sedikitnya 2.435 anak tangga yang harus dilalui jika ingin mencapai puncak. Sepanjang pendakian, seiring naiknya matahari dari punggung perbukitan, aroma belerang pun mulai menyembur dari beberapa arena kolam air panas.

Sejumlah pedagang mulai sibuk merebus jagung di kolam air panas itu. Mereka merebusnya dengan sederhana. Puluhan buah jagung dimasukkan dalam karung, lalu direndam di kolam itu selama 10-15 menit.

Jika berhasil menembus puncak dan mengelilinginya, maka pengunjung bisa menemukan lima rumah ibadah masing-masing masjid, gereja Katolik, gereja Protestan, kuil Buddha, dan pura.

Tugu Kerukunan berdiri tegak di objek wisata Bukit Kasih Kanonang. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun).

Jika melalui jalur yang lain, yang merupakan puncak tertinggi Bukit Kasih, maka akan ditemukan sebuah salib besar setinggi 53 meter. Dari puncak tertinggi itu, melalui jalan pintas akan kembali menuju ke kawasan bangunan rumah-rumah ibadah.

"Membutuhkan waktu sekitar 45-60 menit untuk bisa keliling bukit ini. pemandangan paling menarik saat berada di puncak bukit, dan menyaksikan matahari terbit," ujar Anelin Sengkey, salah satu warga setempat yang biasa memandu para wisatawan.

Selesai menyusuri perbukitan, jagung-jagung manis yang direbus di kolam air panas tadi sudah menanti Anda. Harganya juga terjangkau, Rp 5 ribu per buahnya. Ingin menu lain, juga tersedia banyak pilihan seperti tinutuan atau bubur Manado, mi kuah cakalang, hingga ikan bakar rica-rica.

Sementara bagi pengunjung yang kelelahan usai mendaki, ada puluhan tukang pijat refleksi siap menanti. Cara pijat refleksi ini juga tergolong unik. Kaki direndam terlebih dahulu di bak-bak penampungan air panas, sebelum dipijat. "Kami juga sediakan tempat pemandian dan kolam air panas," ujar Anelin.

Kompleks wisata religi yang dibangun di tahun 2000-an itu sempat mengalami kemunduran karena minimnya pemeliharaan. Beruntung, dalam satu tahun terakhir ini berbagai pembenahan mulai dilakukan sehingga kembali dilirik sebagai salah satu destinasi andalan di Sulawesi Utara.

Matahari mulai merangkak naik, saatnya pengunjung untuk berteduh atau meninggalkan kawasan ini. Pasalnya sengatan matahari, ditambah hawa panas dari asap belerang yang mengepul mulai datang menggantikan sejuknya pagi tadi.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya