Jejak Simpatisan ISIS di Pekanbaru Sebelum Ditangkap di Palembang

Pekanbaru diduga menjadi tempat perekrutan simpatisan ISIS.

oleh M Syukur diperbarui 10 Jul 2017, 20:01 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 20:01 WIB
Simpatisan ISIS yang ditangkap di jalan raya Prabumulih, Sumsel (Liputan6.com / ist - Nefri Inge)
Simpatisan ISIS yang ditangkap di jalan raya Prabumulih, Sumsel (Liputan6.com / ist - Nefri Inge)

Liputan6.com, Pekanbaru - Warga Pekanbaru, Riau, Toni Rianto, ditangkap aparat kepolisian di Palembang, Sumatera Selatan. Dia ditangkap karena diduga menjadi simpatisan ISIS.

Kepolisian Daerah Riau pun menduga, Pekanbaru dijadikan sebagai tempat perekrutan anggota atau simpatisan ISIS. Oleh karena itu, Polri mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap pengaruh organisasi ini yang mencoba menyebarkan ajarannya untuk mendirikan khilafah.

"Bisa jadi (Pekanbaru tempat rekrutmen), kan sejak awal disinyalir begitu, bahkan salah satu organisasi itu dibentuk di sini," kata Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara usai apel hari ulang tahun Bhayangkara ke-71 di lapangan SPN Pekanbaru, Jalan Pattimura, Senin (10/7/2017).

Sejak awal, jejak keberadaan Toni Rianto sebagai simpatisan ISIS tidak terlacak di Pekanbaru. Apalagi, Toni Rianto tertangkap saat menumpangi bus Antar Kota Dalam Provinsi dengan rute Palembang-Muara Enim.

"Ada bernama TR, saya bisa aneh juga kenapa kok ketangkap di sana (Palembang). Tetapi, ini berindikasi bagi kami bahwa memang terorisme ini, khususnya yang berafiliasi kepada ISIS yang ingin membangun suatu khilafah memang ada dan hidup berkembang di tengah-tengah masyarakat," ucap dia.

Atas kejadian ini, Zulkarnain berharap seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah memberi dukungan kepada Polri untuk mewaspadai lingkungan yang ada pemikiran-pemikiran membangun negara khilafah.

"Mungkin juga mereka itu korban karena kena semacam provokasi (doktrin) bahwa membangun khilafah itu keharusan dan sebagai bentuk jihad. Padahal, jihad sebetulnya bagaimana membantu pemda membangun negeri kita supaya lebih sejahtera," ujar Zulkarnain.

"Itu yang jihad, bagaimana kita menyejahterakan masyarakat, bukan untuk membunuh sesama bunuh diri untuk masuk surga," sambung mantan Kapolda Maluku Utara ini.

Sebelumnya, Toni Rianto usai tertangkap juga disebut sering mengunggah kegiatan-kegiatan kelompok radikal di akun media sosial miliknya. Acap kali dirinya mengunggah ujaran kebencian yang ditujukan terhadap kepolisian dan mengaku mempelajari ISIS lewat media sosial.

Selain TR, ada sederet terduga teroris lainnya yang juga diketahui pernah berada di Provinsi Riau, termasuk salah satunya kelompok pelaku bom panci yang sempat bikin heboh beberapa waktu lalu. Disebutkan pula bila mereka sempat latihan di Kabupaten Kampar.

Toni ditangkap pada Jumat, 8 Juli 2017, sekitar pukul 15.30 WIB ketika menumpang bus AKDP Juwita dengan nomor polisi BG 7713 AU. Ketika melintas di kawasan jalan raya Prabumulih, dia langsung dihentikan petugas Polsek Gelumbang yang merazia.

Pria kelahiran Pekanbaru, 30 Oktober 1993 itu langsung dibawa ke Mapolda Sumatera Selatan (Sumsel) pada pukul 17.00 WIB. Di hadapan polisi, dia mengakui bahwa dirinya tertarik dengan gerakan ISIS dan ingin bergabung dengan gerakan radikal tersebut.

Simpatisan ISIS tersebut mengaku baru saja sampai ke Sumsel dan berencana akan bekerja di salah satu perusahaan tambang di Muara Enim. Namun, belum sampai ke tempat tujuan, Toni langsung ditangkap pihak kepolisian.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya