Nama Baju Adat Bugis yang Dikenakan Jokowi di Sidang Tahunan MPR

Dahulu, baju adat Bugis menunjukkan strata sosial yang mengenakannya. Ada tiga strata sosial di masyarakat Makassar.

oleh Eka Hakim diperbarui 16 Agu 2017, 16:01 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2017, 16:01 WIB
Nama Baju Adat Bugis yang Dikenakan Jokowi di Sidang Tahunan MPR
Presiden Jokowi Usai menyampaikan Pidato pada Sidang Tahunan DPR/DPD di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (16/8) Sidang mendengarkan Pidato kenegaraan Jokowi menyambut HUT ke-72 Kemerdekaan RI. (Liputan6.com/ Johan Tallo)

Liputan6.com, Makassar - Pakaian adat suku Bugis sebenarnya tak jauh berbeda dengan pakaian adat suku Makassar. Dalam kebudayaan suku Bugis maupun Makassar, pakaian adat khusus untuk wanita disebut baju bodo, sedangkan baju adat kaum pria disebut jas tutu.

Jas tutu itu pula yang dikenakan Presiden RI Joko Widodo sebagai pemberian dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam rapat tahunan MPR hari ini. Pakaian adat yang dikenakan Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo itu, dilengkapi berbagai aksesori.

Jas tutu bagi kaum pria Bugis maupun Makassar merupakan hal yang sangat penting. Baju adat itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai acara adat, bahkan terbilang sakral jika dikenakan di musim tertentu.

"Jas tutu bagi kaum pria itu tak hanya melekat sebagai penutup tubuh atau aksesoris biasa. Melainkan hanya dikenakan pada acara adat seperti pernikahan, upacara pemandian benda pusaka, atau acara adat lainnya," kata Andi Tamin (68), salah satu tokoh masyarakat Desa Lacokko, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulsel, Rabu (16/8/2017).

Pakaian adat yang dikenakan khusus pria suku Bugis-Makassar tak hanya berupa jas tutu. Mengenakannya biasanya berpasangan dengan celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala berupa songkok.  

Jas tutu bentuknya lengan panjang, leher berkerah serta diberi kancing yang terbuat dari sepuhan emas atau perak dan dipasang pada leher baju. Sementara, kain lipa sabbe atau lipa garusuk tampak polos tetapi berwarna mencolok, seperti merah dan hijau.

Khusus untuk tutup kepala, kata Tamin, menggunakan songkok adat yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam dan dihiasi dengan benang emas dan ada juga yang tidak disebut songkok guru.

"Biasanya, yang mengenakan songkok (pasapu) guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan status sosial penggunanya, tapi itu dulu. Sekarang ini sudah beragam, siapa saja biasa memakainya dalam pesta adat khususnya perkawinan," tutur Tamin.

Setidaknya dahulu terdapat tiga lapisan strata sosial dalam masyarakat Makassar, yaitu Ono Karaeng yang merupakan keturunan bangsawan dan kerabat raja, Tu Maradeka atau orang merdeka, dan Ata, yaitu golongan budak dan rakyat jelata. Namun, seiring berjalannya waktu, pakaian adat Bugis Makassar ini bisa digunakan siapa pun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya