Liputan6.com, Amurang - Nama Nenek Martha Potu (82) dan Sofian Loho (28) kembali mencuat setelah membuat heboh dengan pernikahan lintas generasi yang dilakukannya pada Februari 2017 lalu. Umur keduanya yang terpaut 54 tahun, tentu membuat publik terkesima dengan kisah cinta mereka.
Kali ini Nenek Martha kembali membuat heboh dengan pelaporan yang dibuatnya di Polres Minahasa Selatan. Pada usia ke sembilan bulan pernikahannya dengan Sofian, dia justru melaporkan suaminya tersebut atas tindakan penelantaran.
Advertisement
Baca Juga
"Oma Martha mendatangi Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) untuk melaporkan suaminya, Sofian Loho, karena telah menelantarkannya," kata Kapolres Minsel AKBP Arya Perdana, Selasa, 14 November 2017.
Kapolres mengatakan, kasusnya sementara diproses. Korban pun telah diperiksa. "Kasus ini masuk dalam Pasal 49 huruf A Undang-Undang 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dengan ancaman tiga tahun penjara," ujar dia.
Meski belum genap setahun berumah tangga, banyak kisah yang bisa diceritakan dari pasangan ini. Berikut fakta-fakta di balik pernikahan Nenek Martha dan Sofian.
Awal Kisah Kasih Nenek Martha dengan Pemuda 28 Tahun
Pasangan ini tinggal di Desa Lelema, Lingkungan 4, Kecamatan Tumpaan, Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Ditemui sejumlah wartawan, Senin, 20 November 2017, Sofian mengisahkan bagaimana awal mula dia dan Martha bertemu. Sofyan sendiri adalah warga Pulau Mantehage, Kabupaten Minahasa Utara.
"Awalnya ada telepon nyasar masuk ke HP (handphone) saya. Kami akhirnya berkomunikasi, lalu jatuh cinta. Saya tidak tahu usia Martha. Setelah dua minggu kemudian saya ke Lelema, kaget karena ternyata Martha sudah nenek-nenek," tutur Sofian.
Sofian mengaku sudah telanjur cinta, akhirnya tinggal di rumah Martha. Keduanya juga sepakat untuk menikah.
"Jemput ibu dan bapak saya di Mantehage untuk datang melamar," ujar Sofian yang bekerja di bengkel di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) ini.
Orangtua Sofian datang ke Lelema menemui Martha. "Mana cucu Anda yang mau dinikahkan dengan anak saya, dan jadi menantu saya?" tanya Sofian menirukan perkataan ibunya kepada Martha.
Mendengar pertanyaan ini, Martha langsung menjawab bahwa dialah calon menantu yang dimaksud.
Sofian mengatakan, sekalipun sempat ditolak oleh keluarganya, akhirnya pernikahan dua sejoli berbeda generasi ini tetap berlangsung. "Kami diberkati Sabtu pekan lalu. Dan sekarang sudah tinggal sama-sama," ujar Sofian.
Saat di rumah milik Martha di Desa Lelema, masih tinggal juga ibu dan kakak Sofian karena pada Sabtu kemarin, 18 November 2017, baru saja menghadiri pemberkatan perkawinan.
Kedua pasangan ini tak segan-segan mengumbar kemesraan di rumah. "Saya berkomitmen untuk menjaga cinta kami," ujar Sofian sambil memeluk Martha.
Martha tak kalah bahagia. "Tuhan ada utus Sofyan untuk menjaga saya," tutur Martha.
Advertisement
Nenek Martha Sudah Berstatus Janda Sejak 10 Tahun Lalu
Nenenk Martha sudah berstatus janda sejak 10 tahun silam, saat ditinggal mati suaminya. Sementara dua anaknya kini bekerja di Jerman dan Arab Saudi.
Meski banyak keluarga yang menentang, hal itu tidak menghalangi Martha dan pemuda 28 tahun, Sofian, untuk hidup bersama. Pernikahan mereka berlangsung di Desa Lelema, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Kedua pasangan ini diberkati di GPDI Horeb Lelema oleh Gembala Port Ropa.
Setelah pemberkatan perkawinan pada Sabtu, 18 November 2017, pasangan beda generasi itu juga berupaya mencatatkan pernikahan di Kantor Catatan Sipil. Mereka akhirnya mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Minahasa Utara, Kamis, 23 Februari 2017.
Pasangan Nenek Martha dan Sofian Mendadak Terkenal
Setelah viral atas berita pernikahan lintas generasinya, pasangan yang terpaut 54 tahun ini menjadi terkenal. Sejumlah media massa mengundang Nenek Martha dan Sofian dalam program talk show.
Semua mata tertuju pada mereka. Kehebohan pun terjadi ketika keduanya menyambangi Kantor Bupati Minahasa Selatan (Minsel). Kedatangan pasangan nenek dan pemuda Sulut itu menghebohkan ratusan aparatur sipil negara (ASN) yang berada di situ.
Kedua pasangan pengantin yang baru diberkati pada Sabtu, 18 Februari 2017 lalu itu, datang ke kantor Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan (Discapilduk) dalam rangka mengurus berkas.
"Sampai saat ini, semuanya tidak ada masalah. Semua sudah sesuai prosedur dan amanat Undang-Undang Perkawinan," kata Kepala Dinas Catatan Sipil Minsel, Corneles Mononimbar, Jumat, 24 Februari 2017.
Advertisement
Penikaman Suami Nenek Martha
Pada awal April 2017, publik kembali dihebohkan pemberitaan terkait pasangan Nenek Martha dan pemuda bernama Sofian. Kali ini karena Sofian melapor ke polisi setelah ditikam oleh seseorang. Dia ditikam setelah sebelumnya diolok-olok karena menikah dengan nenek-nenek.
Kejadian nahas ini berawal ketika Sofian bertandang ke rumah keluarganya di Kelurahan Kotabangon, Kotamobagu, Sulawesi Utara. Sekitar pukul 21.00 Wita, Sofian mendatangi salah satu teman barunya, IM, di bengkel tempat dia bekerja, masih di kelurahan yang sama.
Selang beberapa waktu kemudian, keduanya duduk sambil menikmati minuman keras. Entah cerita berawal dari mana, Sofian kemudian merasa tersinggung karena IM seperti mengejek korban perihal pernikahannya dengan Martha. Suasana kemudian memanas karena korban tak terima dengan ejekan pelaku, bahkan adu mulut pun terjadi.
"Tiba-tiba dia langsung memukul dan saya terjatuh. Tak lama kemudian dia mengambil benda tajam dan langsung menikam saya. Setelah itu dia langsung melarikan diri," ujar Sofian saat melapor di Polsek Urban Kotamobagu.
Mendapat laporan kasus penikaman itu, aparat Polsek Urban Kotamobagu bergerak cepat dan mengamankan pelaku di sekitar lokasi kejadian. "Pelakunya sudah diamankan di Polsek," ucap Kapolsek Urban Kotamobagu, Kompol Ruswan Buntuan, melalui Kepala Tim (Katim), Bripka Toto Suryawan Monoarfa.
Romansa Pasangan Nenek dan Pemuda di Sulut
Setelah menikah pada pertengahan Februari 2017 lalu, pasangan yang terpaut usia 54 tahun ini mengaku tetap harmonis.
"Setelah menjadi suami istri, banyak perubahan yang terjadi. Kadang muncul rasa egois, sering ada selisih paham, tapi saya harus bisa bersabar dan menyesuaikan diri," ungkap Martha, yang akrab disapa Oma Neng saat ditemui di rumahnya di Desa Matani, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Senin, 24 Juli 2017.
Oma Neng mengakui dirinya lebih sering mengalah karena Sofian adalah suaminya. "Dari usia, saya yang lebih tua," ujar Oma Neng.
Dia menyebutkan Sofian merupakan sosok suami yang bertanggung jawab. Ia bersedia menafkahinya dengan bekerja di Kota Bitung yang berjarak lebih dari empat jam dari tempat mereka tinggal.
"Biasanya seminggu sekali pulang, tapi kali ini sudah tiga minggu belum pulang rumah," tutur dia.
Tiga minggu tak bertemu suami, membuat rasa rindunya semakin besar. Untuk mengatasinya, mereka rajin saling mengabari lewat telepon. "Biasanya, sehari bisa dua sampai tiga kali," kata Oma Neng malu-malu.
Dia mengatakan, suaminya bahkan sering menelepon saat tengah malam. "Kalau dia telepon sudah larut, saya bilang nanti saja karena sudah mengantuk. Tapi, dia memaksa untuk bicara," tuturnya.
Meski telah memasuki usia senja, Oma Neng mengaku aktivitas rumah tangganya, termasuk kehidupan seksnya, berjalan normal layaknya pasangan muda. Dengan malu-malu, Martha mengatakan rutin berhubungan seks dengan suaminya.
"Kami masih normal. Hubungan suami istri tetap kami lakukan. Terkadang suami yang minta duluan, kadang juga saya. Yah, begitulah," kata Oma sambil tersenyum malu.
Â
Simak video pilihan berikut:
Advertisement