Liputan6.com, Semarang - Perusahaan pakan ternak milik PT Havindo Pakan Optima diprotes warga, khusunya yang tinggal di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah. Pasalnya aktivitas produksi pabrik tersebut diduga memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Dampak tersebut terlihat dari penyebaran kutu-kutu serta bau busuk yang berasal dari area kantor perusahaan tersebut.
Ifa Refiana (23 tahun), warga sekitar yang terdampak, mengaku lingkungan di sekitar perusahaan dekat rumahnya itu kerap mengembuskan bau busuk sehingga menghambat aktivitas warga.Â
"Baunya sangat tidak sedap dan menyengat sekali sampai tidak tahan. Mau nafas saja susah karena setiap hirup nafas, baunya menyengat sekali ketika sedang beroperasi," katanya, Kamis 16 November 2017.
Advertisement
Akibat udara berbau busuk itu, Ifa mengaku sering sesak nafas. Terlebih, sehari-hari ia berada di sekitar lokasi. Ia berharap bahwa pemerintah daerah dapat merelokasi perusahaan karena sudah sangat merugikan warga sekitar.
Baca Juga
Keluhan serupa juga dialami Yuni 24 tahun. Bau tak sedap itu menjadi momok mengerikan yang ia rasakan sehari-hari. Ia bahkan sudah melapor lewat aplikasi Lapor yang disedaikan Pemkot Semarang. "Tapi belum ada tanggapan sampai sekarang," ujar Yuni.Â
Terpisah, Direktur PT Havindo Pakan Optima, Suhartanto, tak menampik keluhan warga. Ia mengatakan, pihaknya menghargai masukan dari siapa pun termasuk warga yang memperhatikan pabriknya selama ini.
"Kami baru beroperasi 23 bulan, tentu masih membutuhkan banyak saran dan masukan," kata Suhartanto.
Terkait kutu dan bau tak sedap, Suhartanto mengatakan telah menempuh langkah-langkah pencegahan sesuai saran dari konsultan dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang.
"Kalau zero (0) kutu itu tidak bisa. Hewan ada siklusnya. Apalagi bahan baku kan dari warga, ada tepung jagung dan dedak," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Pabrik Makanan Berhenti Beroperasi Â
Tak hanya warga, pemilik pabrik di sekitar Kawasan Industri Candi, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, turut mengeluhkan aktivitas produksi PT Havindo Pakan Optima yang memberikan dampak lingkungan di wilayah tersebut. Dampak berupa bau busuk dan penyebaran kutu-kutu tersebut menyebabkan aktivitas produksi pabrik lainnya turut terganggu.
Salah satunya adalah PT Petropack Agro Industries, yang berdampingan langsung dengan PT Havindo Pakan Optima. PT Petropack Agro Industries merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha produk makanan untuk konsumsi manusia.
"Perusahaan kami sudah tidak beroperasi dan berproduksi selama hampir 11 bulan. Kami dirugikan secara materil maupun immateril," kata Legal dan General Affairs Manager PT Petropack Agro Industries, Michels Roland, Jumat, (17/11/2017).
Rencana PT Petropack Agro Industries dalam melakukan ekspansi bisnis di Semarang pun akhirnya terhambat. Pasalnya, penanam modal mempertimbangkan permasalahan dampak lingkungan yang melanda perusahaan yang mulai beroperasi di kawasan tersebut sejak 2009.
Michels mengatakan, pihaknya telah melaporkan hal ini ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang dan Dinas Penanaman Modal PTSP Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, ia juga telah melaporkan hal ini ke Polda Jateng. Serangkaian mediasi pun telah dilakukan. Namun, PT Havindo Pakan Optima tetap beroperasi.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengaku sempat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik Havindo Pakan Optima pada pekan ini. Sidak tersebut dilakukan guna menindaklanjuti keluhan masyarakat dan warga di Kawasan Industri Candi, Ngaliyan. Saat melakukan sidak, Hendi sempat menemukan kutu di antara tumpukan pakan ternak.
"Kasihan pabrik-pabrik di sebelah, ada yang produksi makanan dan pakaian jadi terganggu," lanjut Hendi.
Seusai sidak, Hendi mengatakan, kunjungan tersebut bertujuan untuk menjaga keberlangsungan ekosistem kegiatan bisnis di Kota Semarang yang sudah berjalan dengan baik.
"Tepatnya bukan sidak, ini ngajak rembugan, baiknya gimana, upayanya gimana, jangan sampai ada yang dirugikan. Kita juga inginnya pabrik ini tidak merugi, tapi bagaimana caranya, ini kan yang harus dicari," tutur Hendi.
Advertisement