Liputan6.com, Cilacap - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan munculnya pusat tekanan rendah Badai Cempaka di Samudera Hindia selatan Jawa.
Pusat tekanan rendah ini memicu munculnya gelombang tinggi dan berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem, terutama di Pulau Jawa bagian selatan, terutama di Kabupaten Banyumas, Cilacap, dan Kebumen, Jawa Tengah.
Prakirawan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan, gelombang di perairan Samudra Hindia berpotensi mencapai 2,5-4 meter di perairan lepas. Sementara, di perairan pantai, ombak berpotensi setinggi 2 meter.
Advertisement
Ia mengimbau agar nelayan perahu kecil lebih waspada dan dan tak berlayar melebihi 5 mil laut. Dengan begitu, saat muncul gelombang tinggi, nelayan bisa memacu perahu ke arah pantai dan terhindar dari bencana.
"Gelombang setinggi itu berbahaya bagi pelayaran, baik perahu kecil maupun besar," katanya, di Cilacap, Selasa, (28/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia menerangkan, badai siklon tropis Cempaka juga menarik bibit awan hujan sehingga terkumpul di Jawa bagian selatan. Akibatnya, tiga hari ke depan berpotensi terjadi hujan sangat lebat atau cuaca ekstrem yang dapat meningkatkan risiko bencana, banjir dan tanah longsor.
Pusat tekanan rendah juga memicu meningkatnya kecepatan angin hingga 20-30 knot, sehingga rawan menyebabkan kerusakan dan pohon tumbang. Hujan lebat disertai petir juga berpontensi besar terjadi di Jawa bagian selatan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Memicu Banjir dan Longsor
Sebab itu, ia memperingatkan agar warga di daerah rawan bencana untuk lebih waspada.
"Lalu untuk wilayah Banyumas, Cilacap, dan sebagian wilayah pesisir selatan Jawa Tengah berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang," dia menambahkan.
Saat ini, pusat tekanan rendah badai Cempaka berada di perairan sebelah selatan Jawa Timur sekitar 8,5 LS, 111,2 BT, sekitar 32 km sebelah selatan tenggara Pacitan. Pusat tekanan rendah bergerak ke timur tenggara dengan kecepatan 2 knot atau sekitar 4 kilometer per jam menuju wilayah Indonesia.
Sementara, Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tri Komara Sidhy mengatakan, BPBD telah intensif menggelar sosialisasi mitigasi bencana di tingkat desa menjelang puncak musim penghujan yang diprediksi terjadi antara Desember 2017 hingga Januari 2017 nanti.
Tingginya curah hujan meningkatkan risiko bencana banjir bandang, longsor dan banjir rendaman di Cilacap. Dari 24 kecamatan yang ada di Cilacap, 6 kecamatan merupakan zona rawan longsor. Sementara, 11 lainnya rawan banjir rendaman.
Dia pun mengimbau supaya masyarakat lebih waspada dan meningkatkan mitigasi bencana dengan melakukan ronda lingkungan, baik dari gangguan keamanan maupun kewaspadaan bencana.
Advertisement
Kerugian Rp 608 Juta Selama November 2017
Komara mengungkapkan, kerugian akibat bencana tanah longsor dan banjir selama November 2017 ini mencapai Rp 608 juta lebih. Kerugian terbesar dialami sektor perikanan dan pertanian pada bencana banjir di Desa Madura Kecamatan Wanareja, antara 15-20 November 2017 lalu.
“Yang paling besar itu, ada di Desa Madura. Madura, kerugiannya mencapai Rp 493 juta sekian. Itu kan ada tanaman palawija segala macam. Karena tanggulnya jebol,” ujar Komara.
Di Madura, banjir yang disebabkan jebolnya empat titik tanggul Sungai Cibagenjing itu menyebabkan puluhan kolam ikan terendam. Akibatnya, ikan peliharaan warga, yang rata-rata membudidayakan gurami, hilang. Selain itu, petani ikan juga kehilangan ratusan bibit gurami usia produktif yang berharga mahal.
Selain sektor perikanan, petani di Desa Madura juga terpaksa menanam ulang tanaman palawija di ladang dan padi di sawah. Mereka juga harus mengolah lahan ulang dan menebar benih kembali.
Komara menambahkan, selain banjir di Desa Madura Kecamatan Wanareja, banjir juga terjadi di belasan desa di tiga kecamatan lainnya, yakni Sidareja, Gandrungmangu, dan Kecamatan Kawunganten.