Melacak Jejak Harimau Jawa di Lereng Semeru

Warga di tepi hutan kawasan Gunung Semeru melaporkan sering melihat harimau Jawa.

oleh Zainul Arifin diperbarui 30 Nov 2017, 08:07 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2017, 08:07 WIB
Melacak Jejak Harimau Jawa di Lereng Semeru
Ilustrasi harimau. (Sumber foto: kids.nationalgeographic.com)

Liputan6.com, Malang - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) memasang enam kamera di kawasan Resort Pengelolaan Taman Nasional Jabung, Malang, Jawa Timur. Harapannya, kamera tersebut bisa merekam salah satu satwa yang dianggap sudah punah yakni harimau Jawa.

Petugas Pengendali Ekosistem Hutan BB TNBTS, Agung Siswoyo mengatakan, kamera akan diambil dua minggu lagi sekaligus memastikan harimau Jawa terekam atau tidak di wilayah itu.

"Di wilayah itu masyarakat sekitar pernah melaporkan berjumpa dengan harimau. Karenanya, kamera dipasang di situ," kata Agung di Malang, Rabu, 29 November 2017.

Petugas BB TNBTS meyakini spesies bernama ilmiah Panthera tigris sondaica itu masih ada di dalam kawasan taman nasional. Meski selama ini bukti kuat mendukung keberadaan harimau Jawa di kawasan Gunung Semeru sulit didapat.

Agung mengatakan, selain di Jabung, masyarakat di kawasan Keciri, Poncokusumo, Malang, juga pernah melaporkan berjumpa dengan harimau. Warga yang tinggal di tepi hutan juga kerap mengaku menemukan jejak sampai mendengar suara harimau.

"Kesaksian warga itu jadi bahan penting bagi kita untuk terus berusaha melacak keberadaan harimau Jawa di taman nasional," papar Agung.

 

Penemuan Bekas Cakaran Hewan di Kawasan Ranu Tompe

Harimau Jawa
Foto harimau Jawa yang diambil pada tahun 1938 di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. (Foto: Istimewa/Wikipedia)

BB TNBTS sendiri tak hanya bersandar pada pengakuan warga. Saat menggelar Ekspedisi Eksplorasi Ekologi Ranu Tompe pada 2013 silam, tim ekspedisi menemukan bekas cakaran di pohon serta kotoran hewan di kawasan Ranu Tompe.

Bentuk cakaran horizontal, sedangkan bekas kotoran berukuran lebih dari berdiameter 3 sentimeter sampai 5 sentimeter. Di dalam kotoran terdapat bulu dan pecahan tulang. Tim ekspedisi saat itu meyakini bekas cakaran dan kotoran itu bukan milik macan tutul.

"Kalau cakaran macan tutul cenderung vertikal dengan ukuran kotoran lebih kecil. Sementara yang ditemukan itu sebaliknya," ujar Agung.

Ranu Tompe sendiri berupa danau yang masih alami dengan sumber pakan berlimpah. Menurut Agung, harimau bergantung pada sumber air untuk mendapatkan pakan seperti babi hutan atau kijang. Sayangnya, saat kamera penjebak dipasang di wilayah ini juga tak membuahkan hasil.

"Tapi kami berkeyakinan pendapat harimau Jawa sudah punah itu harus dikaji ulang," kata dia.

Harimau Jawa adalah satu subspesies harimau yang dinyatakan punah. International Union of Conservation for Nature (IUCN) menaikkan status harimau Jawa dari level Sangat Rentan (Critically Endangered) ke Punah (Extinct) pada pertengahan tahun 1970.

Meski demikian, klaim harimau Jawa punah masih jadi kontroversi. Terakhir, pada Agustus lalu di Taman Nasional Ujung Kulon dihebohkan dengan dugaan seekor harimau memangsa banteng. Kejadian itu sempat difoto petugas Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan memicu perdebatan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya