Jember - Tim SAR gabungan bergerak cepat mengevakuasi empat korban pemburu harta karun yang terjebak di dalam lobang gua. Nyawa tiga orang tak terselamatkan, sedangkan seorang korban lainnya masih hidup meskipun kondisi terakhir kritis.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, Widi Prasetya, tim SAR gabungan bersama personel TNI dan Polri, baru bergerak mulai kemarin sore sekitar pukul 15.00 WIB, untuk upaya penyelamatan terhadap keempat pemburu harta karun tersebut.
"Mereka harus berhati-hati, karena dikhawatirkan gas beracun masih bahaya di dalam lubang gua," ucap Widi, dilansir JawaPos.com, Selasa (12/12/2017).
Advertisement
Alhasil, tim SAR gabungan baru berani turun mengevakuasi setelah peralatan keamanan tiba di lokasi gua. "Baru mereka turun mengevakuasi dengan cepat," Widi menambahkan.
Baca Juga
Adapun Komandan Distrik Militer (Dandim) 0824 Jember, Letkol (Inf) Rudiyanto, memimpin langsung proses evakuasi. Bahkan, dia sendiri yang masuk ke dalam lubang gua. Setelah itu, Kapolsek Tempurejo, AKP Suhartanto, ikut masuk ke dalam gua menemani Dandim Jember.
Lokasi di dalam gua cukup menyulitkan tim evakuasi. "Sebab, ada beberapa titik lorong hanya bisa dimasuki seukuran tubuh orang dewasa. Sedangkan ke dalamnya, mencapai sekitar 18 meter," ujar Rudiyanto.
Selain sempitnya lorong di dalam gua, tim pencari korban pemburu harta karun mengalami kesulitan lain. Sebab di dalam gua cukup licin dan berair.
"Mereka berempat sudah tergeletak. Tapi ada satu orang yang masih hidup," Dandim Jember menambahkan.
Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.
Sulitnya Proses Evakuasi
Sebenarnya, dia memprioritaskan korban yang masih hidup. Namun, karena terkendala posisi tubuh korban, akhirnya dia harus mengeluarkan dua jenazah secara bergantian. Setelah itu, korban Fredy dievakuasi dan sempat diberi napas buatan.
Korban Fredy, kemudian dipasang saluran oksigen. Tim medis yang sudah siaga di luar gua, langsung memberikan pertolongan pertama. Setelah itu, dia ditandu ke bawah gunung seperti korban lainnya.
"Dia langsung dilarikan ke RS dr Soebandi," tuturnya.
Bukan hanya medan di dalam gua yang menyulitkan petugas. Proses evakuasi dari atas bukit ke perkampungan penduduk, juga tak kalah menyulitkan petugas. Bahkan, beberapa mereka terpeleset jalan yang licin karena gerimis.
Tepat Senin sore pukul 17.25, keempat korban semuanya berhasil dievakuasi. Sedangkan petugas kepolisian yang masih di tempat kejadian perkara (TKP), langsung menutup lobang gua.
Kapolsek Mumbulsari, AKP Heri Supadmo, menyampaikan informasi dari empat korban lainnya yang selamat, awalnya hanya satu orang yang lemas di dalam gua. Kemudian, sejumlah temannya di luar gua, bermaksud memberi pertolongan.
Namun nahas, satu per satu orang yang masuk ke dalam lubang, tak bisa keluar karena ikutan lemas. Sampai akhirnya, keempat teman lainnya di luar gua, memutuskan turun gunung meminta pertolongan ke polisi.
Polisi menduga korban kekurangan oksigen dan bisa juga karena keracunan asap mesin. Karena di dalam gua, polisi menemukan mesin semacam penyedot air. Namun, dugaan sementara itu belum tentu benar, karena polisi masih menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut.
Advertisement
Wangsit Harta Karun Bung Karno dan Raja Majapahit
Niat hati mendapatkan harta karun Bung Karno, apa daya nyawa malah melayang. Tiga warga Kecamatan Pakusari meninggal, sementara seorang kritis di perut bumi berkedalaman 10 meter.
Lokasi diduga terdapat harta karun Bung Karno itu berada di kawasan Hutan RPH Mumbulsari. Tepatnya di Petak 42, Dusun Kemiri Songo, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Jember, Jawa Timur.
Ketiga orang pengejar harta karun yang tewas bernama Taufiq (40) dan Bari(18), warga Dusun Sanggar, Desa Subo, Kecamatan Pakusari, dan Mbah Wardi (57), warga Desa Jatian, Kecamatan Pakusari. Sedangkan, korban kritis bernama Fredi (27), warga Desa Subo, Pakusari.
"Ada delapan orang yang nekat menggali lubang karena tergiur harta karun peninggalan Presiden RI yang pertama Ir. Sukarno dan peninggalan Raja Majapahit," kata Kapolsek Mumbulsari AKP Heri Supatmo, kepada Liputan6.com, Senin, 11 Desember 2017.
Ia menjelaskan, informasi adanya harta karun tersebut berdasarkan wangsit yang diterima Tomo alias Pak Ririn, warga Dusun Kemiri Songo, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, dan Iwan alias Aji Bagus, warga Desa Weringin Rejo, Kecamatan Muncar Banyuwangi.
"Bahwa di bawah batu besar itu tersimpan harta karun tak ternilai harganya," kata Heri.
Atas informasi itu, Tomo segera merekrut delapan penggali yang berasal dari Kecamatan Pakusari. Mereka mulai bekerja sejak Minggu, 3 Desember 2017. Setelah beberapa hari penggalian, masalah mulai muncul karena ada mata air di lubang galian itu yang terus mengalir.
Kedelapan penggali lalu berbagi tugas. Empat orang berada dalam lubang untuk menggali tanah dan menguras air, sementara empat orang lainnya berada di atas untuk berjaga dan menarik air.
"Karena kesulitan menguras air, maka mereka datangkan mesin pompa air dan dimasukkan ke dalam lubang," ucapnya.
Selanjutnya, mereka menghidupkan mesin pompa air sehingga menimbulkan kepulan asap dalam lubang diduga tempat harta karun. Mereka tidak memperhitungkan ventilasi udara di tempat tersebut yang sangat minim karena hanya terdapat satu lubang kecil di bawah batu.
"Akibatnya, tiga orang meninggal dunia, satu orang kritis karena kekurangan oksigen. Keempat orang tersebut terlalu banyak menghirup gas CO2 atau karbon dioksida yang keluar dari mesin tersebut," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: