Liputan6.com, Jayapura - Kodam Cenderawasih mengerahkan 53 anggota tim medis untuk penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah campak yang menyerang 23 distrik di Kabupaten Asmat, Papua.Â
Tim medis yang diturunkan terdiri dari dokter spesialis dengan membawa enam ton alat kesehatan dan sembako, serta kebutuhan pokok warga setempat.  Â
Advertisement
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menuturkan, hari ini, tim mulai diberangkatkan dengan Hercules A-1326 untuk misi dukungan tim Bhakti Kesehatan TNI melalui Timika dan dilanjutkan ke Asmat.
Advertisement
Baca Juga
"Tim ini dipimpin langsung Kakesdam Kol. CKM dr. Bambang Cahyono. Sementara, Danrem 174/ATW Brigjen TNI Asep Setia Gunawan beserta jajarannya telah lebih dahulu berada di Asmat, guna menentukan langkah pengobatan dan pendataan pasien," ucap Aidi, Senin (15/1/2018).
Pengerahan anggota TNI dalam membantu penanganan wabah campak dilakukan sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, termasuk membantu mengisi ruang-ruang kosong yang tidak mampu dan tidak tersentuh yang dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asmat.
9 Kabupaten di Papua Terserang Campak
Dinas Kesehatan Papua mengklaim sepanjang tahun 2017, terdapat sembilan kabupaten di Papua yang terserang wabah campak. Kesembilan kabupaten itu adalah Kabupaten Jayapura (pada 9 Januari 2017 terjadi 108 kasus tanpa kematian), Kabupaten Mimika (pada 1 Februari 2017 terdapat 261 kasus tanpa kematian), dan Kabupaten Biak Numfor (pada 9 April 2017 sebanyak 29 kasus tanpa kematian).
Selanjutnya, Kota Jayapura (pada 8 Mei 2017 sebanyak 166 kasus campak tanpa kematian), Merauke (pada 1 Juli 2017 sebanyak 46 kasus dengan satu kematian), Keerom (pada 10 Agustus 2017 sebanyak 22 kasus tanpa kematian), Boven Digul (pada 1 Oktober 2017 sebanyak 30 kasus tanpa kematian), Kabupaten Puncak Jaya (pada 9 Desember sebanyak 233 kasus tanpa kematian), terakhir Kabupaten Asmat (sebanyak 586 kasus dengan 59 kematian).
Kepala Dinkes Papua, Aloysius Giyai mengklaim banyaknya petugas kesehatan yang meninggalkan tempat tugas menjadi salah satu penyebab tidak adanya vaksin yang dilakukan kepada anak-anak. Seharusnya, para tenaga medis turun langsung dari rumah ke rumah, melakukan vaksin, karena jarak antara puskesmas dan tempat tinggal warga jauh.
"Termasuk pesta adat, bisa membuat wabah ini cepat menular di antara warga. Banyaknya warga pada suatu pesta adat, kurang istirahat atau badan lelah, bisa menyebabkan penyakit cepat menular," ujar Aloysius dalam keterangan pers yang digelar, Senin (15/1/2018).
Atas kejadian tersebut, Dinas Kesehatan setempat telah mengirimkan 800 vial vaksin campak pada 10 Januari 2018. Pengiriman 300 vial vaksin campak dilakukan pada Senin ini. Serta pemberian vitamin A dalam dua dosis selama dua hari.
"Tahun ini, kami akan melakukan imunisasi besar-besaran di 14 kabupaten. Tidak hanya imunisasi campak, tetapi juga imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus," jelasnya.
Advertisement
Pengiriman BantuanÂ
Menanggapi darurat kesehatan di Kabupaten Asmat, Dinas Kesehatan Papua akan mengirimkan enam tenaga medis dari Papua dan satu dokter anak yang akan ditempatkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats.
Lalu, pengiriman satu ton lebih makanan tambahan untuk anak-anak di 23 distrik. "Kami juga mendapatkan bantuan tenaga medis dari Kementerian Kesehatan. Belum diketahui berapa banyak," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Papua, Silwanus Sumule.
Pengiriman sejumlah bantuan itu dilewati dengan tiga jalur, yakni Jayapura-Timika-Agats. Ada juga melalui Jayapura-Merauke-Agats dan Jayapura-Agats. "Kami harus melakukan sewa pesawat untuk pengiriman bantuan ke Agats. Satu kali penerbangan berkisar Rp 80 juta," ujarnya.Â
Data terakhir yang diterima Dinas Kesehatan Papua dari RSUD Agats, sepanjang September 2017 hingga 15 Januari 2018 terdapat 568 kasus campak, dengan tingkat kematian 59 kasus.Â
Wilayah Kabupaten Asmat merupakan daerah dataran rendah pesisir pantai rawa-rawa yang tergenang air, sehingga akses menuju ke distrik lain hanya dapat digunakan dengan perahu cepat atau bahkan kole-kole, sebutan perahu tradisional warga yang digerakkan dengan sampan.Â
"Tidak ada jalan darat yang menghubungkan antardistrik di Kabupaten Asmat. Tak hanya itu saja, jaringan komunikasi hampir tidak ada di distrik tersebut, karena jaringan komunikasi hanya terdapat di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: