Nasib Tragis Bocah Papua Disiksa Ibunya hingga Tewas

Clarirtha bocah Papua menjadi korban penyiksaan ibu kandungnya sendiri. Dia jadi pelampiasan amarah, hingga meninggalnya.

oleh Katharina Janur diperbarui 22 Jan 2018, 01:00 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2018, 01:00 WIB
Papua
Clarirtha, usai disiksa sang mama, selalu dikunci di belakang rumah. (Liputan6.com / Katharina Janur / Polda Papua)

Liputan6.com, Jayapura - Clarirtha Tehila Agatha Cristie Tana, 8 tahun tewas di tangan ibu kandungnya, Rolina Wahana, 31 tahun. Gadis manis yang duduk di kelas dua sekolah dasar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, tewas akibat penyiksaan yang dideritanya sejak September 2017 hingga ajal menjemputnya.

Clarirtha hidup bersama sang mama, selepas kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah. Menurut Michelle Angellin Manggaprow, saudaranya, sejak September lalu, puncak kemarahan Oli (panggilan untuk ibu kandung korban) terus meningkat. Sejak saat itu pula, korban selalu disiksa.

Clarirtha terus dimarahi ibunya, ditampar hingga disiram dengan air dingin, bekas air hujan, hingga mengunci korban di belakang rumah berjam-jam lamanya.

"Kejadian itu terus-terusan dilakukan hingga November 2017," ucap Michelle, saat dimintai keterangan polisi sebagai saksi.

Puncaknya, pada 20 Desember 2017, sekitar pukul 19.30 WIT, terjadi perkelahian antara ibu dan ayah korban. Lalu, sang ibu memanggil korban dan memarahinya, hingga korban menangis.

"Saya langsung menuju kearah Clarirtha yang berada di dapur. Saat ini Clarirtha tergeletak dan ibunya menginjak bagian dada dan perut korban sambil menyuruh korban untuk segera berdiri," ujarnya.

Sesaat korban berdiri, langsung saja ibunya menyiram korban dengan air panas. "Saya ingat korban disiram sebanyak 10 kali dengan menggunakan mangkuk plastik," kata Michelle.

Malam itu sudah pukul 22.00 WIT, seperti biasa, usai melampiaskan emosinya kepada korban, sang ibu langsung mengunci korban di belakang rumah hingga keesokan harinya.

Penyiksaan lainnya dilakukan sang ibu pada 22 Desember 2017, sekitar pukul 14.00 WIT yang memarahi korban tanpa alasan yang jelas dan menyuruh korban membuka bajunya, hingga korban telanjang. Saat itu, lagi-lagi korban disiram air panas sebanyak 5 kali ke arah tubuhnya.

Setelah tiga hari pasca kejadian penyiksaan, korban sering mengeluhkan sakit pada bagian dadanya. Pada kepalanya juga sering dirasa panas, sehingga korban meminta Michelle untuk memotong rambutnya.

"Saya pun mengikuti kemauan Clarirtha, untuk memotong rambutnya," ucapnya.

 

Ajal Menjemput Clarirtha

17 Januari 2018, sekitar pukul 19.00 WIT saat makan malam, Michelle melihat kondisi Clarirtha semakin lemah. Ia pun hampir tak bisa makan sendiri.

"Saya sempat menyuapi dia, tapi tidak banyak" jelasnya.

Di saat Clarirtha ingin berdiri dari kursinya, ia sempat jatuh dengan posisi tengkurap. Langsung saja darah segar keluar dari hidung dan mulut Clarirtha.

"Saya angkat Clarirtha dan baringkan dia di tempat tidur. Tapi, kondisinya semakin parah. Clarirtha mendapatkan perawatan selama 2 hari dan pada 19 Januari 2018 sekitar pukul 13.30 WIT, ia meninggal dunia di RSUD Wamena," jelasnya.

Saat ini, jenazah Clarirtha masih berada di rumah duka. Belum diketahui kapan jenazah itu akan dimakamkan, sebab polisi masih harus melakukan autopsi atas kematian korban.

"Pelaku yang diduga dilakukan oleh ibu kandungnya sudah ditangkap dan saat ini berada dalam tahanan polres. Kami telah menetapkan pelaku sebagai tersangka. Langkah lanjutan, pelaku akan diperiksa kejiwaannya," kata Kapolres Jayawijaya, AKBP Yan Piet Reba, Minggu, 21 Januari 2018.

Saksikan video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya