Usai Erupsi Sinabung, Petani Karo dan Aceh Tenggara Dibayangi Gagal Panen

Gagal panen membayangi petani di Karo dan Aceh Tenggara jelang musim panen tiba, tak lama setelah erupsi Gunung Sinabung.

oleh Reza Efendi diperbarui 22 Feb 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2018, 11:30 WIB
Gunung Sinabung
Gunung Sinabung mengeluarkan abu vulkanik tipis ke udara di Karo, Sumatra Utara (20/2). Gunung Sinabung meletus kembali tanggal 19 Februari, yang mengeluarkan asap tebal setinggi 5.000 meter. (AFP Photo/Kadri Boy Tarigan)

Liputan6.com, Medan - Pasca-erupsi dasyat Gunung Sinabung, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo bergerak cepat dengan melakukan pengkajian mengenai antisipasi banyaknya petani yang gagal panen.

Bupati Karo Terkelin Brahmana mengatakan, dari 17 kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, sebanyak lima kecamatan mengalami gagal panen akibat erupsi Sinabung yang terjadi pada Senin, 19 Februari 2018.

"Ini insiden yang sifatnya mendadak. Kalau antisipasi kita ada, saat ini kita kaji dulu," kata Terkelin saat berada di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu, 21 Februari 2018.

Terkelin mengungkapkan, dalam waktu dekat Menteri Sosial dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan turun langsung ke Kabupaten Karo. Nantinya, dampak erupsi kepada masyarakat akan didiskusikan bersama.

"Mudah-mudahan, dari diskusi itu bisa muncul solusi untuk bantu masyarakat," ungkapnya.

Terkelin tidak menampik soal banyaknya petani yang mengeluh akibat gagal panen. Namun, Pemkab Karo masih berkonsultasi dengan Menteri Pertanian.

"Karena kebijakan itu akan diselesaikan oleh Menteri Pertanian, karena lebih tahu. Intinya, kita akan kaji lebih dalam," ucapnya.

Orang nomor satu di Kabupaten Karo itu menyebut pihaknya tidak mampu berjalan sendiri menangani masalah bencana alam erupsi Gunung Sinabung. Pemkab Karo membutuhkan bantuan dari Pemerintah Pusat terkait penanganan bencana alam tersebut.

"Sudah sampai berkali-kali dibuat rapat kabinet terbatas di Istana Negara. Saya sendiri mengikuti sudah tiga kali," ucapnya.

 

 

 

 

Akan Direlokasi?

Gunung Sinabung
Seorang pria membersihkan atap rumah yang diselimuti abu vulkanik Gunung Sinabung di Karo, Sumatra Utara (20/2). Gunung Sinabung meletus kembali tanggal 19 Februari, yang mengeluarkan asap tebal setinggi sekitar 5.000 meter. (AFP Photo/Kadri Boy Tarigan)

Ia menerangkan rapat melibatkan semua stakeholder, dengan leading sector-nya BNPB. Dalam rapat, dikumpulkan perwakilan Kementerian Lembaga dan Pemkab untuk membuat draft mengenai apa saja yang dibutuhkan Kabupaten Karo akibat erupsi Sinabung.

"Sampai saat ini sejak kejadian tahun 2010, kita bisa kelompokkan mengenai pengungsian akibat erupsi Gunung Sinabung," terangnya.

Terkelin juga menegaskan, Pemkab Karo harus bersinergi dan memberikan masukan ke Pemerintah Pusat agar permasalahan ini cepat diatasi. Selanjutnya, bantuan-bantuan yang dibutuhkan masyarakat segera disalurkan, karena jika dibiarkan lama akan bertambah lagi masalah.

"Ini persoalan alam, kadi harus kuat mental," tegasnya.

Terkelin memastikan, pasca-erupsi Sinabung kemarin pihaknya belum ada relokasi, karena masih menunggu rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Itu (relokasi) harus ada rekomendasi dari mereka (PVMBG)," ujarnya.

Gunung api Sinabung telah menyemburkan material vulkanik setinggi 5.000 meter pada Senin, 19 Februari 2018, pukul 08.54 WIB. Ini erupsi tertinggi selama tahun 2018, dan seiring dengan gempa vulkanik selama 607 detik.

Abu vulkanik meluncur mengikuti arah angin hingga 4,9 kilometer ke sektor Selatan-Tenggara, dan 3,5 kilometer ke sektor Tenggara Timur.

Gagal Panen di Aceh Tenggara

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Puluhan ribu hektare lahan pertanian masyarakat dari berbagai tanaman produktif di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, tertutup dengan abu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung.

"Petani mulai aktif turun ke sawah mereka, dan melihat tebalnya abu vulkanik menutupi tanaman yang mereka tanam," ujar Sumur Raden (37), petani di Desa Perapat Sepakat, Babussalam, Kutacane, dilansir Antara.

Sumur mengatakan, abu vulkanik masih sering berterbangan bila angin datang ke pohon tanaman milik petani setempat, karena wilayah tersebut sampai saat ini masih sering terjadi hujan abu.

Hujan yang turun di wilayah ini dalam dua hari terakhir, memiliki intensitas rendah atau cuma gerimis yang berlangsung singkat, sehingga tidak banyak membantu petani.

Data Dinas Pertanian setempat menyebut, ribuan masyarakat di wilayah Aceh Tenggara 75 persen lebih menggantungkan hidup dari sektor pertanian dengan sedikitnya terdapat 30.780 hektare luas lahan baik berupa sawah maupun ladang.

"Beginilah nasib kami, bukan cuma agen (pedagang pengumpul) yang tekan harga ketika panen tiba, namun alam pun kurang bersahabat dengan kami," tuturnya.

Abdurrahman (53), Ketua Kelompok Tani di Kecamatan Bukit Tusam mengatakan, petani jagung dan padi yang telah memasuki masa panen lebih kasihan melihatnya. "Bayangkan saja, di situ saat mau panen, di situ juga tanaman mereka mengalami hujan abu vulkanik."

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Tenggara menyatakan, dampak paling parah tertutupi abu vulkanik dari meletusnya Gunung Sinabung terjadi di tiga kecamatan yakni Babul Makmur, Lawe Sigala, dan Babul Rahmah.

"Tanam tanaman kami, masih dipenuhi abu hingga kini. Sementara, hujan tak juga turun," kata Suhardi, petani lainnya menambahkan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya