Teror Harimau Bonita Sebabkan Sekolah dan Pengajian Libur 2 Bulan

Perburuan terhadap harimau Sumatera betina yang diberi nama Bonita itu bahkan telah mencapai lebih dari 70 hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mar 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2018, 15:00 WIB
Harimau Sumatera
Sudah 70 hari lebih harimau Sumatera yang menerkam karyawati perkebunan sawit berkeliaran di Desa Tanjung Simpang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Indragiri Hilir - Harimau Bonita yang telah memangsa dua warga Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, masih berkeliaran di sekitar Desa Tanjung Simpang Kanan, Kecamatan Pelangiran. Perburuan terhadap harimau Sumatera betina itu bahkan telah mencapai lebih dari 70 hari.

Konflik harimau Sumatera dan manusia itu bahkan membuat siswa dan guru sekolah di Kecamatan Pelangiran, terpaksa diliburkan selama dua bulan terakhir. Mereka merasa diteror harimau Bonita.

"Sejak warga yang pertama dimangsa harimau, sekolah di kampung ini diliburkan. Tidak ada yang berani ke sekolah, walau sekolah itu berjarak 100 meter dari rumah warga," ucap Kepala Dusun Sinar Danau, Sarayo, ketika dihubungi dari Pekanbaru, Kamis, 15 Maret 2018, dilansir Antara.

Ia menjelaskan, di dusun tersebut terdapat sebuah sekolah dasar (SD) yang merupakan sekolah jauh. Sekolah ini menginduk ke SD yang ada di pusat Desa Tanjung Simpang Kanan. Sekolah jauh itu hanya ada kelas 1 sampai kelas 4, dengan jumlah murid 34 siswa.

Adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) betina yang diberi nama Bonita, yang mengakibatkan itu semua terjadi. Datuk Belang, demikian warga setempat menyebut sang harimau, diduga menyerang pekerja kebun perusahaan kelapa sawit pada 3 Januari lalu. Sesudah itu, harimau Bonita kerap terlihat keluar masuk perkampungan.

"Kadang-kadang harimau itu duduk di bangunan sekolah itu. Beberapa jam nanti harimaunya pergi," kata Sarayo.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tunggu Kondisi Kondusif

Harimau menerkam manusia
Setelah Jumiati, karyawati perusahaan sawit pada awal Januari lalu, kini buruh bangunan bernama Yusri yang menjadi korban keganasan harimau di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (M Syukur/Liputan6.com)

Karena khawatir akan keselamatan anak-anak, warga sepakat meliburkan sekolah untuk sementara sampai kondisi kondusif. Anak-anak juga dilarang bermain terlalu jauh dari rumah. Selain aktivitas sekolah di SD, warga juga menghentikan sementara pengajian setiap sore di madrasah setempat.

Pilihan meliburkan sekolah itu pun telah disampaikan ke pihak desa, kecamatan sampai ke Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir. "Sudah kami kasih tahu semuanya kalau sekolah jarak jauh kami diliburkan gara-gara harimau," katanya.

Bonita, harimau Sumatera betina itu diperkirakan berusia empat tahun. Dalam dua bulan terakhir, Bonita berkeliaran di areal permukiman warga dan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation.

Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.

Terakhir, Yusri Efendi (34), pekerja bangunan yang sedang membangun rumah walet di tepi hutan, menemui ajal di desa yang sama. Namun, tempat kematian Yusri berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati. Dua kejadian itu berakibat pada kemarahan warga.

 

Ultimatum Warga

Harimau menerkam manusia
Setelah Jumiati, karyawati perusahaan sawit pada awal Januari lalu, kini buruh bangunan bernama Yusri yang menjadi korban keganasan harimau di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (M Syukur/Liputan6.com)

Sejatinya, harimau adalah binatang liar predator yang hidup soliter dan enggan berjumpa dengan manusia. Manusia bukanlah makhluk yang dipilih harimau untuk dijadikan mangsa.

Awal pekan ini, sekitar 500 warga menggelar aksi mendesak agar Bonita segera ditangkap dan direlokasi. Warga memberi ultimatum agar penangkapan dilakukan dalam waktu tujuh hari, atau mereka akan menangkap dan menghabisi Bonita.

Sebenarnya, pascainsiden pertama, tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim ini terdiri dari TNI, polisi, dan sejumlah pegiat satwa dilindungi.

Ada 10 perangkap telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.

Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut di mana perangkap itu berada. Namun, selama lebih kurang dua bulan pencarian, belum ada perkembangan berarti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya