Aksi Bocah Banyumas dan Boneka Lucu di Hari Air Sedunia

Bocah-bocah Banyumas ini mempersembahkan Panggung Boneka "Air Bersih, Indonesiaku Sehat" untuk memperingati Hari Air Sedunia

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Mar 2018, 11:56 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2018, 11:56 WIB
Dongeng boneka lima sekawan beraksi menyelamatkan air sungai dipentaskan oleh bocah-bocah Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Dongeng boneka lima sekawan beraksi menyelamatkan air sungai dipentaskan oleh bocah-bocah Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Syahdan, lima sekawan yakni macan, bebek, kodok, beruang madu, dan monyet bertualang ke sebuah hutan. Kicau burung, semilir angin dan suara gemericik air benar-benar menyegarkan.

Tetapi, keriangan mereka benar-benar terganggu saat melintasi tepian sungai. Mereka melihat ikan-ikan menggelepar kesakitan. Beberapa di antaranya, bahkan, mati mengambang.

Mereka pun mencari penyebab matinya ikan-ikan ini. Lima sekawan ini penasaran, kenapa air sungai nan jernih bisa berubah sedemikian rupa sehingga bikin mati ikan.

Ternyata, beruang Grizli dan anjing lah pelakunya. Mereka kedapatan tengah menebar racun untuk menangkap ikan. Beruang dan anjing serakah, mereka tak mau repot menangkap ikan satu persatu.

Singkat kata, lima sekawan ini mengingatkan beruang dan anjing agar tak meracuni sungai. Selain membuat ikan kecil mati, air beracun berbahaya jika diminum oleh hewan lainnya.

Tentu, kisah di atas adalah dongeng. Bocah-bocah SD Negeri 2 Ketenger, Baturraden Banyumas, mementaskan kisah ini dengan boneka-boneka lucu di tangan mereka di Hari Air Sedunia.

Kisah Menginspirasi dari Lima Sekawan Menyelematkan Air

Anak-anak membacakan dongeng tentang penyelamatan sumber daya air dalam peringatan hari air sedunia. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Anak-anak membacakan dongeng tentang penyelamatan sumber daya air dalam peringatan hari air sedunia. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Salah satu pementas cilik itu adalah Rey Sutanto (10). Siswa kelas 5 itu berlatih bersama dua kali untuk mempersiapkan pentas ini. Lainnya, ia berlatih sendiri di rumah. Rey dan teman-temannya memainkan dongeng singkat tentang aksi penyelamatan air.

Usai memerankan lakon macan, ia mengaku terinspirasi untuk menjaga kebersihan sungai di sekitar rumahnya. Ia pun berjanji akan melestarikan alam sekitar.

Bocah-bocah ini mempersembahkan Panggung Boneka "Air Bersih, Indonesiaku Sehat" untuk memperingati Hari Air Sedunia, di objek wisata Small World, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Kamis, 22 Maret 2018.

Penggagas acara, Tri Agus Triyono menerangkan pementasan sederhana ini bertujuan untuk menginspirasi anak-anak untuk menjaga lingkungan sekitarnya.

Para pementas, maupun yang menonton diharapkan akan terus mengingat pernah memainkan dongeng tentang penyelamatan air ini. Kelak, mereka akan menjadi pewaris air dan sumber daya alam Indonesia.

"Momentum Peringatan Hari Air Sedunia ini kami manfaatkan dengan menularkan rasa kepekaan terhadap lingkungan kepada anak-anak,” ucap Agus yang juga anggota Mahasiswa Pecinta Alam Gelora Anak Fisip (Grafis) Unwiku.

Pesan dari Sungai Serayu di Hari Air Sedunia

Daya rusak penambangan tradisional di Sungai Serayu tak seberapa dibanding dengan penambangan pasir menggunakan mesin. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Daya rusak penambangan tradisional di Sungai Serayu tak seberapa dibanding dengan penambangan pasir menggunakan mesin. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Selain pementasan dongeng dengan medium pementasan boneka, dalam rangka memperingati hari air sedunia ini, mahasiswa dan Pemerintah Kabupaten Banyumas pun menggelar bersih sungai.

Anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah, Edi Wahono mengemukakan konservasi, pendayagunaan sumber daya air amat perlu ditekankan mempertimbangkan rusaknya sungai-sungai di Banyumas. Terutama di sungai terbesar di Banyumas, Sungai Serayu.

Edi menyoroti tak tegasnya pemerintah dan para penegak hukum, dalam menindak pelaku perusak sungai. Hal itu bisa dilihat dari masih banyaknya orang yang menambang di daerah terlarang.

Bahkan, mereka yang bermodal besar, menggunakan alat berat. Dua penambangan yang dilakukan besar-besaran adalah pasir dan batu.

Diantarnya yang melakukan penambangan di daerah terlarang, bahkan pengunaan alat berat untuk penambangan pasir dan batu.

“Pilar-pilar pertama dalam pengelolaan sumber daya air, yakni pertama konservasi, yang kedua pendayagunaan sumber daya air, dan terakhir pencegahaan daya rusak air,” Edi menegaskan.

Ia juga meminta penegak hukum menindak tegas para penambang disekitar Bendung Serayu. Pasalnya, bendung gerak serayu adalah objek vital, sejajar dengan jembatan dan bangunan vital lainnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya