Cardio PP dari ITB, Bagai Miliki Asisten Kesehatan Jantung Pribadi

Pengguna Cardio PP buatan mahasiswa ITB itu diyakini tak perlu bolak-balik ke dokter untuk mengecek kondisi kesehatan jantung.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2018, 06:30 WIB
Ilustrasi jantung (iStock)
Jika keluarga memiliki riwayat penyakit jantung, perlu memperhatikan beberapa hal. (iStock)

Liputan6.com, Bandung - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Tim Urban Night ITB berhasil menciptakan inovasi berupa aplikasi bertajuk "Cardio-PP". Aplikasi ini berfungsi sebagai asisten kesehatan pribadi yang dapat memberikan informasi dan rekomendasi terkait kesehatan jantung.

Tim Urban Night Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terdiri atas Royyan Abdullah Dzakiy (Teknik Informatika 2015), Farhan Ghifari (Teknik Informatika 2014), Jabal Logian (Teknik Elektro 2015), dan Nugroho Satriyanto (IF 2014).

Anggota Tim Urban Night ITB, Royyan Abdullah Dzakiy mengatakan, aplikasi "Cardio-PP" berhasil menjadi finalis 20 besar pada ajang Telkom Hackathon 2018 beberapa waktu lalu di Bandung Digital Valley.

"Dengan aplikasi Cardio PP ini, maka tak perlu lagi bolak-balik ke dokter ataupun ke rumah sakit, pengguna aplikasi ini bisa segera mengetahui kondisi jantungnya beserta rekomendasi kesehatan pada saat itu juga," kata Royyan, Senin, 9 April 2018, dilansir Antara.

Ia mengatakan terdapat tiga komponen yang saling berkaitan sehingga Cardio-PP dapat digunakan, yaitu artificial intelligence (AI), personal heart assistance, dan device dengan sensor ECG. Ada aplikasi lain yang digunakan termasuk ECG Rate Monitor, Heart Condition, Assistance, dan Hospital GIS.

Perangkat yang telah dilengkapi sensor ECG akan diletakkan di beberapa titik khusus di tubuh. Selanjutnya, lewat sensor itu akan teramati kondisi kesehatan dari pergerakan jantung pengguna.

Dari titik-titik tersebut akan diamati sinyalnya, yaitu ECG, sinyal yang bisa dikatakan padat informasi terkait kondisi jantung. Dari satu sinyal itu akan dipecah menjadi 80 parameter dan dari parameter tersebut bisa disimpulkan kondisi jantungnya seperti apa setelah melalui proses pengolahan oleh AI.

Data set pun akan diinput hingga akhirnya dapat terbangun sebuah model.

"AI akan membentuk model kecerdasan untuk memahami sinyal ECG tadi. Dari kesimpulan tadi, dapat terdeteksi kondisi jantungnya, ada penyakit apa, dan akhirnya dihasilkan rekomendasi, kondisi, dan sinyal ECG dapat diamati di handphone melalui aplikasi." ujar Royyan.

 

 

Lebih Detail

Ilustrasi Kesehatan Jantung
Ilustrasi Kesehatan Jantung

Ia mengatakan dibandingkan Cardio-PP, kebanyakan aplikasi lain hanya mengamati detak jantung pengguna. Padahal, hanya sedikit saja data yang dapat diperoleh dari detak jantung. Sementara dari sinyal ECG dapat disimpulkan lebih banyak hal dan lebih dapat dideteksi lebih banyak penyakit.

"Untuk akurasinya sendiri, AI device ini mencapai 80 persen," kata anggota Tim Urban Night ITB lainnya Nugroho Satriyanto.

Untuk pengembangan aplikasi ini, Tim Urban Night berencana meningkatkan kualitas AI agar semakin cerdas sehingga dapat menjadi produk yang terbaik di pasarnya. Tim juga mencari cara agar biaya alat tersebut bisa terjangkau masyarakat.

Selain ini, tim juga berharap dapat mengembangkan data jantung yang tidak terbatas pada ECG yang kelak dapat menjadi data yang dikelola dan dimiliki oleh Indonesia. Sejauh ini, data set yang digunakan masih berasal dari luar negeri sehingga belum tentu akurat untuk diterapkan di dalam negeri.

Mengingat krusialnya perangkat tersebut, untuk mengetahui kondisi secara real-time, tim menganggap hal tersebut sebagai tantangan. Meski alat yang dirancang sudah fungsional, tantangan utama yang perlu ditaklukkan adalah agar device menjadi lebih akurat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya