Sosok Mbah Din, 56 Tahun Tinggal dan Kenalkan Pesantren di London

Menginjak usia ke-84 tahun, Mbah Din wafat setelah beberapa hari terakhir menjalani perawatan intensif.

diperbarui 26 Apr 2018, 17:31 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 17:31 WIB
Mbah Din
KH Nahduddin Royandi Abbas. (JawaPos.com/Istimewa)

Cirebon - Keluarga Besar Pondok Pesantren Buntet, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar), berduka. Sesepuh Pondok Pesantren Buntet KH Nahduddin Royandi Abbas telah wafat. Ulama yang akrab disapa Mbah Din itu mengembuskan napas terakhir di Barnet Community Hospital, London, Inggris, Rabu, 25 April 2018.

Menginjak usia ke-84 tahun, Mbah Din wafat setelah beberapa hari terakhir menjalani perawatan intensif. Sebelum menghadap Sang Khalik, Mbah Din bermimpi bertemu dengan ayahnya, Kiai Abbas bin Abdul Jamil. Seperti diketahui, Kiai Abbas merupakan ulama Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus Pahlawan Nasional.

"Sebelum dirawat, Mbah Din bermimpi bertemu dengan ayahandanya Kiai Abbas. Pertemuannya pun diantar kakak-kakaknya. Mungkin itu firasat beliau," ujar cucu dari Mbah Din, KH Jimmy Mu'tashim Billah atau Kang Nemi kepada JawaPos.com, Rabu (26/4/2018).

Informasi dari istri Mbah Din, Hj Fadliyah, keluarga sedang mengurusi surat kematian dari Council Barneth di Borough. Proses penerbitan sertifikat tersebut memakan waktu cukup lama. Sekitar 3-4 jam.

Setelah Council Barneth mengeluarkan sertifikat, pihak Masjid Hendon baru bisa mengambil jenazah Mbah Din dari rumah sakit. Selanjutnya, jenazah akan dibawa ke Morgue Masjid untuk dimandikan, dikafani, dan disalatkan.

"Setelah disalatkan, kemudian jenazah Mbah Din dipulangkan. Karena waktu setempat masih pagi hari, maka kemungkinan jenazah akan tiba di Masjid Buntet Pesantren, pada Minggu pagi," ungkapnya.

Kepergian Mbah Din memberikan duka yang mendalam. Bukan hanya bagi keluarga dan masyarakat Cirebon. Ulama kharismatik itu sangat dicintai umat Islam di Indonesia, khususnya warga NU.

Nemi menceritakan, Mbah Din sudah 56 tahun tinggal di London, Inggris. Tepatnya sejak 1959. Sejak usia 18 tahun, Mbah Din menimba ilmu kepada dua ulama Nusantara terkemuka di Masjidil Haram, Kota Mekkah Al-Mukarramah, yakni Yasin Alfadangi dan Syekh Hamid Albanjari.

Lama menetap di Britania Raya, tidak menghentikan semangat Mbah Din berdakwah Islam dan mengenalkan kehidupan pondok pesantren di Indonesia kepada masyarakat setempat. Khususnya kepada komunitas muslim dari India, Pakistan, dan Bangladesh.

"Kami sudah kehilangan orangtua kami, teladan kami, panutan warga NU di penjuru Nusantara. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah, dan ilmunya selalu bermanfaat," tuturnya.

Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya