Tak Ada Aspal, Batu Karang pun Jadi di Pulau Moa

Tantangan rekonstruksi jalan di Pulau Moa terkait kesulitan material bahan baku pembuat aspal. Inovasi menggunakan material lokal, salah satunya batu karang.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Apr 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 15:00 WIB
Jalan Pulau Moa
Jalan Pulau Moa Maluku (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) secara bertahap terus meningkatkan kualitas jalan di pulau-pulau terdepan Indonesia. Salah satunya jalan di Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, yang memiliki pesona padang sabana, pantai perawan, dan Gunung Kerbau.

Hal ini menjadi pelaksanaan Nawa Cita Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla untuk membangun Indonesia dari pinggiran.

"Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dalam keterangan tertulis.

Pada 2017, Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVI Ambon, Ditjen Bina Marga, telah menyelesaikan rekonstruksi sebagian jalan dari Tiakur yang menjadi ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya ke arah Weet sepanjang 7,55 kilometer.

Dengan rekonstruksi tersebut, panjang jalan nasional di Pulau Moa di akhir tahun 2017 bertambah dari 20,4 kilometer menjadi 27,9 km.

Selain rekonstruksi, juga dianggarkan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh kontraktor PT Bumi Selatan Perkasa dengan anggaran Rp 37,3 miliar.

Rekonstruksi dilanjutkan tahun 2018 sepanjang 6 km serta pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan anggaran sebesar Rp 41,6 miliar oleh kontraktor PT Multi Widya Pratama dan PT Gema Karya Konstruksi (JO).

Kepala BPJN XVI Ambon Satrio Sugeng Prayitno mengatakan tantangan rekonstruksi jalan di Pulau Moa terkait kesulitan material bahan baku pembuat aspal.

"Dilakukan inovasi dengan menggunakan material lokal, salah satunya batu karang. Hal ini juga bisa memangkas biaya bahan baku," kata Satrio dalam rangkaian peninjauannya ke Pulau Moa, Leti, Kisar, Wetar, dan Lirang.

Menurut Satrio, peninjauan dilakukan untuk mengetahui kondisi infrastruktur khususnya jalan yang ada di pulau terluar di Maluku. Perjalanan dimulai sejak Kamis, 26 April 2018 dari Pulau Ambon menggunakan pesawat ke Pulau Moa sebagai pulau pertama yang dikunjungi dan direncanakan berakhir pada Senin, 30 April 2018.

"Jalan nasional yang ada di Pulau Moa sebagai penghubung antardesa, memudahkan masyarakat ke bandara dan pelabuhan," ucap Satrio.

Luas wilayah Pulau Moa, yaitu 959 kilometer persegi yang terdiri dari delapan desa dengan jumlah penduduk sebanyak 7.257 jiwa. Ketersediaan infrastruktur jalan akan mengembangkan potensi ekonomi seperti peternakan kerbau dan perkebunan jagung, kelapa, jambu mete juga kacang yang menjadi sumber penghasilan masyarakat di Pulau Moa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya