Geliat Kampung Kolang-kaling di Kabupaten Cianjur

Saat bulan Ramadan, warga Kedunghilir, Desa Sukamanah, Cugenang, Cianjur, mengolah buah aren untuk dibuat menjadi kolang-kaling.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2018, 16:30 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 16:30 WIB
Kolang-Kaling
Pedagang memisahkan buah kolang-kaling yang akan dijual di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (2/6). Pada bulan Ramadan permintaan buah kolang-kaling naik hingga tiga kali lipat. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Cianjur - Bulan suci Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi sebagian besar warga Kampung Kedunghilir, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Wilayah itu bahkan lebih dikenal sebagai Kampung Curuluk alias Kampung Kolang-kaling.

Setiap Ramadan, kegiatan di kampung yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bergeliat. Pasalnya, setiap bulan puasa, pesanan kolang-kaling meningkat tajam. Satu pengusaha di kampung itu dapat memenuhi pesanan hingga satu ton setiap pekan untuk pasar lokal dan luar Cianjur.

Saat Ramadan, pesanan kolang-kaling mengalir ke kampung itu. Maklum, warga satu kampung tersebut memang dikenal sebagai perajin kolang-kaling. Mereka menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan Jabodetabek. Bahkan, sudah menjadi tradisi tahunan setiap masuk bulan puasa.

"Hampir semua penduduk menjadi perajin kolang-kaling musiman, untuk memenuhi pesanan dari berbagai pasar di Cianjur dan Jabodetabek," ucap Asep Jaenudi, Minggu, 20 Mei 2018, dilansir Antara.

Untuk memenuhi pesanan kolang-kaling tersebut, biasanya para perajin melibatkan anggota keluarganya atau warga lainnya dalam memproduksi bahan makanan yang terbuat dari buah aren tersebut.

"Bahkan tidak hanya orang tua, anak usia sekolah pun di kampung ini setiap harinya turut membantu orang tuanya dalam pengolahan sampai pengemasan agar mendapat tambahan uang jajan," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Masih Pakai Alat Sederhana

Kolang-Kaling
Pedagang memperlihatkan buah kolang-kaling di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (2/6). Selama bulan Ramadan, kolang-kaling dijual dengan kisaran harga Rp 13-15 ribu per kilogram. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Dalam proses pembuatan kolang-kaling, para perajin masih menggunakan alat sederhana. Buah aren yang sudah dipetik dari pohon selanjutnya direbus hingga matang, setelah matang dikupas dan ditumbuk terlebih dahulu agar terlihat pipih dan teksturnya kenyal.

"Paling sedikit dalam seminggu kami bisa memproduksi dua hingga tiga kuintal kolang-kaling. Kalau lagi ramai bisa mencapai satu ton, harga kolang-kaling saat ini Rp 10.000 per kilogram," katanya.

Hal senada terucap dari Lilis (35), perajin lainnya. Dia mengatakan, masuknya bulan puasa mendatangkan rezeki untuk warga kampung yang mendapat tambahan pencarian dari menjual kolang-kaling.

Semuanya bekerja mengolah kolang-kaling, mulai dari mencari bahan, menumbuk sampai proses penjualan. "Bulan puasa menjadi berkah tersendiri bagi warga, ketika warga lain sibuk bekerja keluar kota, warga kami sebaliknya," imbuh Lilis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya