Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Yogya, Kapankah Berakhir?

Gelombang tinggi di pesisir selatan Yogya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Cek rinciannya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Jul 2018, 09:30 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 09:30 WIB
Gelombang Tinggi
Gelombang tinggi yang melanda wilayah pesisir selatan DIY mengakibatkan kerugian Rp 2 miliar. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Gelombang tinggi yang terjadi di laut selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam kurun waktu beberapa hari terakhir melahirkan dua dampak buruk. Pertama, gelombang tinggi mengakibatkan kerugian secara ekonomi miliaran rupiah.

"Terdapat sejumlah kerusakan bangunan dan fasilitas umum di tepi pantai nilainya sekitar Rp 2 miliar," ucap Muh Aris Marfai, Dekan Fakultas Geografi UGM, dalam jumpa pers di Kampus UGM, Selasa, 24 Juli 2018.

Ia memaparkan hasil observasi lapangan dampak gelombang tinggi di sejumlah Pantai di Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul.

Hasilnya, kerusakan cukup parah akibat gelombang tinggi hanya terjadi di empat pantai Gunungkidul, yakni Pantai Somandeng, Pantai Ngandong, Pantai Drini, dan Pantai Sepanjang. Sebanyak 24 gazebo mengalami kerusakan dan hilang terbawa arus, lima kapal dan 20 jaring set hilang terseret arus.

Kedua, gelombang tinggi juga mengakibatkan kerusakan vegetasi di sekitar garis pantai. Kerusakan ini terjadi di Pantai Goa Cemara, Pantai Baru, serta Pantai Trisik. Pantai-pantai itu mengalami abrasi tiga sampai empat meter sehingga vegetasinya rusak berat dan membutuhkan rehabilitasi.

Menurut Aris, dampak gelombang tinggi yang terjadi pada beberapa pantai berbeda-beda sesuai dengan tipe pesisirnya. Ia mencontohkan, pantai yang berhadapan langsung ke laut, berpasir landai dan lurus akan mengalami dampak hempasan gelombang yang lebih besar.

Sedangkan pantai bertebing, pantai yang memiliki platform, pantai berteluk, pantai berlaguna, dan pantai bermangrove bisa lebih meredam empasan gelombang tinggi.

"Pantai-pantai di DIY akan selalu berpotensi menerima gelombang tinggi karena karakteristiknya langsung menghadap ke laut," ujar Aris.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas intensif di sekitar bibir pantai, pendirian bangunan juga seharusnya minimal berjarak 100 meter dari garis pantai.

"Masyarakat juga diharapkan terus memantau peringatan BMKG terkait aktivitas gelombang tinggi," kata Aris.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Gelombang Tinggi Bertahan Sampai Akhir Juli

Gelombang Tinggi
Gelombang tinggi yang melanda wilayah pesisir selatan DIY mengakibatkan kerugian Rp 2 miliar. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Prakirawan BMKG DIY, Sigit Hadi Prakosa mengungkapkan gelombang tinggi yang terjadi di wilayah pesisir selatan DIY, karena adanya perbedaan tekanan udara yang siginifikan di belahan selatan Bumi. Tepatnya di Samudera Hindia, dengan belahan utara Bumi, di Laut China Selatan.

Kondisi itu diperparah dengan adanya aktivitas siklon tropikal dan siklon ampil. Akibatnya, kecepatan angin mencapai 35 kilometer per jam dan menghasilkan gelombang setinggi lima sampai enam meter.

"Seminggu ke depan, gelombang tinggi masih signifikan pada 24-25 Juli ini dan berangsur turun pada 29 Juli," tuturnya.

Upaya mitigasi gelombang tinggi juga dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat di kawasan pesisir selatan DIY. Rencananya pada pertengahan Agustus mendatang, ia mengadakan sekolah lapangan nelayan yang akan diikuti sekitar 30 nelayan di DIY.

Tujuan sekolah lapangan ini untuk memberikan informasi yang mudah dipahami oleh nelayan. Dengan begitu, nelayan bisa akrab dengan cuaca kelautan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya