Liputan6.com, Bandung - Setidaknya tercatat dua kali gempa bumi besar di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan rentang waktu yang berdekatan. Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Dicky Muslim mengatakan, kedua peristiwa tersebut merupakan kasus geologi yang spesial.
Hal itu terungkap dalam rilis resmi yang dikirimkan kepada Liputan6.com. Dalam rilisnya Dicky menjelaskan, kejadian ini tergolong spesial karena menyebabkan dua gempa besar terjadi secara berdekatan. Secara geologi, ini disebabkan adanya aktivitas tumbukan antar lempeng dalam satu wilayah patahan.
"Pusat gempa berada di wilayah perairan utara Lombok ini berada pada jalur patahan naik Flores atau Flores Thrust," katanya.
Advertisement
Ini berbeda dengan jalur patahan di Samudera Hindia yang memanjang mulai dari Aceh hingga Timor, jalur patahan yang memanjang dari Lombok hingga Flores ini memiliki kedalaman yang dangkal.
Baca Juga
"Kedalaman palung di patahan utara Lombok ini hanya 200-400 meteran, tapi jika di Samudera Hindia bisa sampai 6-8 kilometer," kata Dicky kepada Liputan6.com, Selasa, 7 Agustus 2018.
Dari patahan kecil ini, ada segmen berupa garis-garis patahan kecil yang mengikuti retakan utama. Suatu lempeng bergerak mencari kesetimbangannya sehingga menumbuk lempeng lainnya. Proses kesetimbangan ini yang menyebabkan satu batuan terdesak dan patah.
Gempa Lombok ini terjadi dari satu retakan kecil yang berdesak sehingga menyebabkan gempa. Sesudah itu, karena dia masih bergerak mencari kesetimbangan, maka masih ada gempa susulan terjadi. Â Biasanya, aktivitas gempa susulan pascagempa besar terjadi dengan kekuatan yang terus merendah. Jika melihat ada dua gempa besar yang terjadi dalam waktu dekat dengan kedalaman pusat antara 15-25 kilometer,
"Ini ada yang membedakan," kata Dicky.
Namun, belum banyak penelitian yang fokus terhadap aktivitas patahan di Indonesia, termasuk aktivitas patahan di utara Lombok tersebut. Padahal, Indonesia memiliki zona patahan yang menyebar di berbagai wilayah. Zona ini bisa saja menghasilkan aktivitas yang berpotensi menyebabkan gempa.
Di wilayah Lombok saja, setidaknya pernah terjadi gempa yang menyebabkan tsunami hebat pada 1992. Dalam rentang 1992 hingga 2018, gempa terjadi berkali-kali.
"Intinya kita harus mewaspadai patahan," kata Dicky.
Proses antisipasi atau mitigasi kebencanaan penting dilakukan. Sebagai wilayah yang rentan terhadap bencana, NTB sudah selayaknya menyiapkan antisipasi kebencanaan yang efektif. Gempa di Lombok berpotensi mengancam lahirnya bencana lainnya, seperti peningkatan aktivitas magma di Gunung Rinjani, atau ancaman longsornya material bukit.
"Apalagi jika di bukit ini misalkan ada bendungan. Bendungannya tergetarkan oleh gempa, dan bisa menyebabkan banjir bandang," kata Dicky.
Masyarakat juga harus memahami prosedur standar perlindungan diri dari gempa, seperti berlindung di bawah material yang bisa menahan benturan hingga cepat tanggap mencari jalan keluar apabila sedang berada di dalam ruangan.
Simak video pilihan berikut ini: